(Yogyakarta Integrated Urban Tourism)
Sebuah ide pengembangan pariwisata perkotaan yang saling terintegrasi baik atraksi, transportasi, maupun akomodasi. Diharapkan kedepannya terdapat suatu sistem pemesanan online pariwisata di perkotaan khususnya Yogyakarta yang dapat menfasilitasi pengunjung untuk bisa membeli tiket atraksi, transportasi, dan akomodasi yang terhubung antara satu dengan lainnya.
Wilayah perkotaan umumnya dapat dengan mudah diidentifikasi karena letaknya yang umumnya berada di pusat atau tengah kota. Perkotaan juga terletak di lokasi yang mudah dijangkau karena akses jalan yang sudah baik dan banyak terdapat pertokoan. Hal tersebut yang membuat perkotaan menjadi ramai akan aktivitas orang-orang.
      Oleh karena di perkotaan terdapat banyak aktivitas baik ekonomi, politik, sosial, budaya yang jauh lebih modern daripada di pedesaan, kota memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat kegiatan pariwisata. Fasilitas-fasilitas dan juga landmark yang menunjang kegiatan di perkotaan lama-kelamaan juga dimanfaatkan dalam kegiatan pariwisata. Hal tersebut yang membuat pariwisata perkotaan memiliki keunikan tersendiri, karena fasilitas yang dibangun sebagai penunjang kegiatan masyarakat turut menjadi daya tarik pariwisata kota. Seperti halnya bus kota, taman kota, areal pertokoan, restoran, dan masih banyak lagi.
      Tidak dapat dipungkiri, banyak wisatawan yang menyukai pariwisata perkotaan daripada jenis wisata lainnya. Selaras dengan pengertian wisata kota oleh Edward Inskeep (1991) wisata kota merupakan kegiatan menarik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri dengan memberikan fasilitas seperti akomodasi dan kunjungan ke daya tarik wisata yang ada. Alasan lainnya yaitu akses perkotaan yang mudah dan praktis menambah minat wisatawan untuk menikmati pariwisata kota.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kawasan yang bisa digunakan untuk tempat berwisata. Mulai dari daerah pusat kota seperti Malioboro, Keraton Yogyakarta, Tugu, dan bahkan sekarang menyebar sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Sleman. Sayangnya, di Yogyakarta sendiri biasanya orang hanya menghabiskan berwisata di tempat-tempat terkenal. Padahal terdapat banyak tempat wisata menarik yang masih di kawasan tersebut, namun belum banyak diketahui orang. Di Kota Yogyakarta sering diadakan pameran kesenian, lukisan, atau pameran kebudayaan di galeri seni ataupun museum. Akan tetapi popularitas museum dan pameran seni yang ada di Yogyakarta kalah saing dengan wisata belanja, kuliner, dan juga kawasan-kawasan populer. Alasan lainnya yaitu karena kawasan-kawasan wisata lainnya di Yogyakarta tidak mendapat perhatian yang sama dan cenderung kurang dianggap lokasi wisata. Wisatawan cenderung menyukai hal yang praktis dan mudah dijangkau seperti halnya transportasi juga. Ojek online dan taksi lebih banyak dipilih ketimbang bus, andong, dan becak tradisional. Salah satu penyebabnya yaitu kendaraan tradisional (andong dan becak) lebih mahal dan terkadang adanya oknum penyedia layanan transportasi yang memberikan harga sangat tinggi pada wisatawan.
Untuk menghindari hal tersebut pariwisata perkotaan sebaiknya harus terintegrasi antara satu dan lainnya baik dalam sistem informasi, atraksi wisata, maupun transportasi. Ide ini terinspirasi dari sistem tiket masuk terusan di atraksi wisata di taman hiburan Jatim Park dan Grand Palace Bangkok, Thailand. Saat membeli tiket Grand Palace, sudah termasuk tiket ke Arts of the Kingdom Museum dan tiket pertunjukan Khon the Masked Dance. Selain itu, tiket juga sudah termasuk untuk pembayaran transportasi pulang dan pergi. Hal tersebut bisa dilakukan terhadap atraksi-atraksi wisata yang berada di Kota Yogyakarta sebagai cara untuk mempopulerkan atraksi wisata/ pameran/ pertunjukan kesenian yang kurang mendapat minat dari wisatawan. Tentunya dalam mewujudkan hal tersebut, perlu perhatian lebih dari pemerintah dan juga pengelola tempat wisata. Pemerintah bisa menyediakan sebuah sistem informasi terpadu yang dapat memudahkan wisatawan mengetahui tempat-tempat wisata dan juga pameran yang sedang berlangsung. Sedangkan pengelola tempat wisata, sebaiknya bekerjasama dalam mempromosikan atraksi wisatanya.
Transportasi tradisional atau transportasi umum yang ada juga bisa masuk kedalam integrasi atraksi wisata tersebut. Dengan kepopuleran akses transportasi yang terintegrasi, memungkinkan timbulnya tempat wisata baru, mungkin suatu tempat yang sebelumnya susah diakses, ataupun wilayah sub urban karena ditemukannya transportasi yang terintagrasi (Cohen&Hopkins: 2018). Tempat wisata kota yang letaknya sedikit susah dijangkau mungkin akan menjadi diketahui oleh wisatawan sehingga menambah referensi kegiatan wisata yang ada di Yogyakarta.