Siapa yang tidak tahu bencana lumpur lapindo? Bencana yang muncul 16 tahun silam tersebut, setidaknya menenggelamkan 10.426 rumah dan 77 rumah ibadah, yang mengakibatkan puluhan ribu jiwa mengungsi.
Namun setelah polemik yang cukup lama tersebut, belum lama ini Badan Geologi Kementerian ESDM mengatakan bahwa tidak tutup kemungkinan jika di dalam kandungan lumpur lapindo terdapat materi yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan baterai kendaraan listrik.
Kandungan tersebut tidak lain adalah Lithium dan Stronsium dalam jumlah yang besar.
Meskipun begitu penelitian yang dilakukan masih dapat dikatakan dangkal, karena belum menyisir di semua wilayah.
Sementara itu menurut catatan Kementerian ESDM, dibutuhkan Lithium untuk mengembangkan kendaraan listrik hingga tahun 2030 nanti setidaknya hingga 758.693 ton, untuk kebutuhan baterai 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.
Kebutuhan tersebut setidaknya harus segera dipenuhi mengingat pertumbuhan ekosistem motor listrik semakin meningkat, terlihat dari jumlah perusahaan yang mulai mengenalkan produk motor listrik mereka, seperti Evolts, Gesits, Viar dan masih banyak lagi.
Selain itu, pemerintah juga harus menambah stasiun pengisian baterai di sejumlah titik, agar dapat dijangkau oleh seluruh pengguna kendaraan listrik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H