Saat diperiksa dengan berbaring telanjang dada dan merelakan dokter pria melihat serta menyentuh payudara, sungguh tidak menyenangkan.Â
Saya disarankan untuk cek darah tumor maker dan USG payudara bukan mammografi karena itu untuk 40 tahun ke atas.
Saat USG pun kembali saya harus berhadapan dengan dokter pria. Tetapi, semua rasa risih itu harus dihilangkan demi kesehatan.
Seminggu kemudian saya kembali dengan membawa hasil. Dokter mengatakan payudara saya bagus dan benjolan itu hanya kista yang bisa hilang dengan sendiri.
Mendengar penjelasan seperti itu entah kenapa saya curiga ada yang salah lalu, memutuskan segera mencari spesialis bedah onkologi di rumah sakit yang sama.
KETELITIAN DOKTER
Kecurigaan saya itu berdasarkan pengalaman mama ketika pertama kali menemukan benjolan di payudara. Ketiadaan pengetahuan membuat mama pertama kali menemui dokter kandungan langganan untuk dimintai saran dan sekalian cek pap smear.
Dokter mengatakan tidak apa karena payudara masih mulus. Tetapi, mama tidak percaya dan memaksa papa untuk bertanya ke teman masa SMA yang menjadi dokter militer.
Teman itu langsung mengatur jadwal bertemu dokter bedah onkologi dan menawarkan diri untuk menemani mama tapi, mama tolak karena rumahnya jauh dari rumah sakit yang dipilihnya.Â
Mama begitu bertemu dokter langsung disuruh mammografi dan setelah hasil keluar, tanpa basa-basi langsung menyuruh besok dioperasi mengangkat benjolan yang ada 2 akar.
Saat di ruang operasi, mama yang melihat dokter mencoret kulit dengan spidol curiga kalau yang diangkat bukan benjolan saja. Kecurigaan mama terbukti.