Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pintu Depan 39

2 Mei 2022   18:48 Diperbarui: 2 Mei 2022   19:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Paspor bapak hilang?" tanyaku melirik ke arah paspor yang seperti terbuat dari selembar karton tebal. 

Pertanyaan itu membuatku terus terjaga hingga pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta.

Paspor tidak hilang atau rusak tetapi, sudah kadaluarsa. Bapak itu 12 tahun lalu, waktu kerusuhan Mei 1998 adalah korban kerusuhan. Rumah di daerah Grogol habis dijarah hingga tidak ada yang tersisa bahkan sendok untuk makan pun tidak ada satu pun.

Bapak sekeluarga pindahan dari Medan ke Jakarta setahun yang lalu untuk mengubah nasib dengan bekerja di pabrik plastik daerah sana. Anaknya ada 4 orang. 2 laki dan 2 perempuan. Anak yang 2 besar sudah usia SMA tetapi, yang 2 kecil masih balita. 

Setelah kerusuhan, pabrik bangkrut dan seorang kawan menyarankan dia untuk pergi ke Jepang sebagai tenaga kerja ilegal di pabrik plastik. Modal untuk pergi ke Jepang didapat dari hasil pinjam sana-sini. 

Istrinya meminta dia pulang setelah setahun bekerja di Jepang tetapi, tidak dituruti. Kedua anak yang masih balita saat sekolah selalu diejek anak buangan, bapakmu pasti kawin lagi, bapakmu pasti tidak pulang...

Ejekan itu membuat kedua anak menjadi benci padanya. Hasil jerih payahnya membawa kedua anak yang besar kuliah di universitas swasta terkenal dan setelah lulus mendapat kerja menjadi dosen di luar negeri serta beasiswa keluar negeri untuk lanjut S2. 

Meski dibujuk oleh istri dan 2 anak yang besar itu tetap dia tidak mau pulang karena 2 anak yang kecil belum kuliah. Tawaran 2 anak yang besar untuk membantu biayai kuliah kedua adik ditolak. Menurut dia adalah tanggung jawab dirinya sebagai pria dan bapak untuk menghidupi keluarga.

Minggu depan anak yang paling kecil diwisuda di universitas swasta terkenal dan dia memutuskan meninggalkan Jepang untuk selamanya dan berkumpul lagi dengan keluarga.

Mendengar ceritanya mendadak aku teringat cerita bude saat memutuskan menyuruh Wiwi ikut tes beasiswa sekolah di Singapura.

"Bude memang tidak menginginkan kelahiran Wiwi. Tetapi, keinginan bude itu berubah 180 derajat berkat pertolongan keluargamu," kata bude saat baru tinggal bersama aku dan Bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun