Mohon tunggu...
Kartika Ira Widyanti
Kartika Ira Widyanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nama saya kartika ira widyanti saya bersekolah di SMA Negeri 1 Batang, Saya ingin berbagi rasa asam manis pahit semesta lewat semangkuk kata sederhana.... cieee hehee :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jujur Ajur, Ala Mulya

17 September 2012   08:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:21 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jujur ajur, ala mulya. Begitulah pepatah ngawur yang secara spontan terlintas di pikiran saya siang hari ini. Maksud saya adalah orang yang jujur menghasilkan keburukan, sementara orang yang dusta menghasilkan keberhasilan. Apakah saya akan menuliskan manfaat kebohongan? tentu tidak. saya justru akan memaparkan kondisi kehidupan saat ini seiring dengan tolok ukur tinggi yang dipatok untuk dapat meraih suatu keberhasilan.

Kompasianer, Persaingan untuk meraih keberhasilan saat ini sangatlah ketat, ditambah nilai-nilai patokan tinggi yang perlu dilampaui untuk dapat berhasil meraih sesuatu. Maka karena hal tersebut, banyak kalangan mengambil jalan pintas untuk dapat melampaui tolok ukur itu. Padahal belum pasti hal itulah kemampuan dia yang sebenarnya. misal dalam suatu ujian seorang siswa mengerjakan soal secara jujur sesuai dengan kemampuan sendiri. Sementara banyak beberapa dari mereka mengambil jalan pintas pada hasil akhirnya yang jujur mendapat hasil minim, sementara yang lewat jembatan khayal *sensor* mendapat hasil plus-plus. Saya akui itulah potret pendidikan saat ini, kenapa bisa begitu? karena:

1. Nilai KKM tinggi (75/80) sehingga mendorong pelajar mengambil jalan pintas. yaitu mengejar nilai bukan mengejar kepintaran serta mengabaikan kejujuran.

2. guru yang terkesan cuek dalam pengawasan. Asal mengadakan tes kemudian fokus pada masalah pribadi (mungkin) sehingga hal tersebut memberi kesempatan pelajar untuk mengambil jalan pintas.

3. Kemalasan pribadi dari para pelajar yang menyepelekan pelajaran mendorong mereka untuk menggantungkan diri kepada teman (ini dia jalan pintasnya).

4. Yang terpenting dan yang peling utama yaitu sikap pemerintah yang terlalu memaksakan kehendak untuk menambah standar kompetensi tanpa memandang kemampuan pelajar negeri ini. (sumbernya) hal inilah yang membuat seorang pelajar terdorong untuk mengejar nilai bukannnya mengejar ilmu. Sehingga tanpa disadari seorang pelajar belajar bohong bukan belajar jujur.

Sedari kecil kita telah diajarkan untuk selalu jujur dalam menjalani segala sesuatu. dari hal diatas dapat ditarik gambaran bagaimana potret masyarakat dimasa depan. Bayangkan jika dalam seluruh aspek kehidupan kejujuran dikesampingkan! Mau jadi apa bangsa ini?? Padahal banyak lembaga menggembor-gemborkan selalu utamakan kejujuran tapi dalam pelaksanaanya hampir nol besar. Itu tandanya kejujuran HANYA sebagai FORMALITAS belaka atau Hanya dimulut saja. Kejujuran itu bagai pohon yang akar-akarnya merupakan integritas dari kebenaran!!! tapi saat ini sepertinya mulai banyak orang yang tidak bisa membedakan antara kejujuran formalitas dan kejujuran sejati.

Guru saya Bapak S pernah mengatakan bahwa Pelajar yang jujur merupakan calon figur pemimpin hebat masa depan. menilik dari pengertian tersebut dan apabila membandingkan kondisi sekarang, sepertinya... (Hampir Mustahil). Tak perlu jauh jauhlah menilik masa depan. Contoh konkrit saat ini saja yaitu KORUPTOR mereka mengeruk kekayaan negeri ini untuk pkepentingan pribadi (seperti tikus serakah) namun seiring dengan menjamurnya koruptor hampir tidak bisa dibedakan mana oknum yang benar-benar jujur dan mana yang pura2 jujur. Itu kan masih masa sekarang, nah gimana yang masa depan?

Pembaca setia kompasiana, pesan saya mulailah kejujuran dari diri sendiri. memang saya akui itu sulit. sungguh! tapi apa salahnya mulai dari sekarang kita mencoba belajar kejujuran sejati supaya masa depan bangsa ini menjadi lebih baik dan terjamin, karena masa depan pastilah ada ditangan kita. Calon pemimpin sejati sudah pasti salah satu dari kita (semoga semuanya). Apabila kejujuran sedini mungkin ditanamkan dalam diri maka pasti akan mengubah kebiasaan kita dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga terciptalah suatu kehidupan yang tentram, damai, makmur, serta terciptanya keadilan yang dijunjung tinggi.

KARTIKA IRA WIDYANTI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun