Pernahkah Anda merasa kesal karena seseorang di dekat Anda, mungkin teman, pasangan, atau anggota keluarga, memiliki sifat buruk yang terus-terusan menyulut konflik? Entah itu egois, mudah marah, atau kebiasaan menunda pekerjaan, sering kali kita bertanya-tanya, apakah orang seperti ini bisa berubah?
Pertanyaan ini bukan sekadar isu personal, melainkan pertanyaan universal yang melibatkan psikologi, hubungan sosial, dan bahkan eksistensi kita sebagai manusia. Di balik sikap buruk seseorang, ada cerita yang terkadang lebih dalam daripada yang terlihat. Tetapi, sejauh mana cerita itu bisa diubah?
Apa Itu Watak dan Bagaimana Watak Terbentuk?
Sebelum menjawab pertanyaan utama, mari kita kupas sedikit apa itu watak. Watak atau sifat bawaan sering dianggap sebagai kombinasi antara faktor genetik, pengalaman hidup, dan kebiasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu.
Menurut psikolog Carol Dweck, manusia memiliki dua jenis pola pikir: fixed mindset (pola pikir tetap) dan growth mindset (pola pikir berkembang). Mereka yang percaya pada fixed mindset cenderung berpikir bahwa sifat buruk adalah bagian permanen dari diri seseorang, sementara growth mindset percaya bahwa semua orang bisa berubah dengan usaha yang cukup.
Pertanyaannya, di mana posisi Anda? Dan lebih penting lagi, bagaimana dampaknya bagi orang-orang terdekat Anda?
Mengapa Orang Sulit Berubah?
- Zona Nyaman yang Mengikat: Kita cenderung tetap di zona nyaman, bahkan jika itu adalah kebiasaan buruk. Seperti sofa tua yang sudah kempes tapi tetap nyaman diduduki, watak buruk sering kali terasa terlalu "familiar" untuk dilepaskan.
- Kurangnya Kesadaran Diri Seseorang:Â mungkin tidak sadar bahwa wataknya menyakitkan orang lain. Ketidaktahuan ini bisa menjadi penghalang terbesar untuk berubah.
- Trauma dan Latar Belakang: Sifat buruk sering kali berakar pada trauma atau pengalaman masa kecil. Contohnya, seseorang yang mudah marah mungkin tumbuh di lingkungan penuh tekanan.
Kapan Perubahan Terjadi?Â
Perubahan biasanya dimulai ketika seseorang mencapai "titik kritis." Ini bisa berupa kehilangan sesuatu yang berharga, seperti hubungan atau pekerjaan, atau ketika seseorang menghadapi kenyataan bahwa sifat buruknya menghancurkan hidupnya sendiri.
Namun, perubahan juga bisa datang dari motivasi positif, seperti keinginan untuk menjadi pasangan atau orang tua yang lebih baik.
Bagaimana Perubahan Berdampak pada Orang Terdekat?
Perubahan sifat buruk tidak hanya memengaruhi individu itu sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Sebuah penelitian dari Journal of Marriage and Family menemukan bahwa perubahan positif dalam perilaku seseorang dapat meningkatkan kebahagiaan dalam hubungan secara keseluruhan.
Namun, perubahan juga bisa menjadi proses yang melelahkan bagi orang terdekat. Sebagai contoh, seorang teman saya pernah menghadapi pasangannya yang mencoba mengatasi kebiasaan berbohong. Proses ini penuh dengan jatuh bangun, di mana ia harus belajar kembali untuk mempercayai pasangannya, sedikit demi sedikit.
Ketika Sifat Buruk Berubah
Saya ingat seorang teman dekat yang dikenal sebagai "tukang kritik." Tidak ada hal yang bisa lolos dari komentar sinisnya. Sebagai sahabat, saya sering merasa frustrasi, tapi saya juga tahu bahwa sifat itu berasal dari rasa tidak percaya diri yang mendalam.
Suatu hari, setelah pertemuan kelompok yang berakhir dengan cekcok, dia mengatakan kepada saya, "Aku tidak mau menjadi orang yang terus membuat orang lain merasa kecil." Kata-kata itu menjadi awal perjalanannya untuk berubah.
Apakah perubahannya instan? Tentu tidak. Ada saat-saat dia kembali ke kebiasaan lamanya, tetapi komitmen untuk berubah membuat kami semua melihat usaha kerasnya. Hari ini, dia adalah orang yang jauh lebih bijaksana dan suportif.
Apa yang Membantu Perubahan?
- Kesadaran Diri: Langkah pertama menuju perubahan adalah menyadari bahwa ada yang salah. Tanpa kesadaran ini, tidak ada perubahan yang mungkin terjadi.
- Lingkungan yang Mendukung: Orang-orang terdekat memainkan peran besar dalam perubahan. Dukungan emosional dan pengertian dapat memotivasi seseorang untuk terus berusaha.
- Konsistensi dan Latihan:Â Perubahan bukan hasil dari satu malam. Dibutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi untuk membentuk kebiasaan baru.
Dimana Perubahan Dimulai?Â
Perubahan dimulai di tempat paling sederhana: dalam pikiran dan hati seseorang. Tetapi, untuk membuatnya nyata, dibutuhkan aksi kecil yang terus-menerus.
Misalnya, jika seseorang ingin mengatasi sifat pemarah, ia bisa memulai dengan menghitung sampai sepuluh sebelum merespons sesuatu yang memicu emosinya.
Ketika Perubahan Butuh Waktu
Proses perubahan sering kali penuh dengan kesalahan lucu. Pernah mendengar seseorang berkata, "Aku mencoba lebih sabar hari ini," tetapi lima menit kemudian mereka sudah memarahi seseorang di jalan? Ini menunjukkan bahwa perubahan adalah proses, bukan hasil instan.
Jadi, Bisakah Sifat Buruk Berubah?
Jawabannya: ya, tetapi membutuhkan kesadaran, usaha, dan dukungan dari orang-orang di sekitar. Perubahan tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menciptakan harmoni dalam hubungan dan kehidupan sosial.
Bagi Anda yang hidup dengan seseorang yang memiliki watak buruk, ingatlah bahwa perubahan adalah proses dua arah. Mereka membutuhkan waktu untuk berubah, dan Anda membutuhkan kesabaran untuk mendampingi.
Dan jika Anda sendiri yang ingin berubah, percayalah bahwa perjalanan ini mungkin sulit, tetapi hasilnya akan sepadan.Â
Seperti kata pepatah: "Perubahan kecil hari ini adalah langkah besar untuk masa depan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H