Pernahkah Anda merasakan dorongan untuk memencet jerawat kecil yang muncul di wajah, meskipun Anda tahu itu hanya akan memperburuk keadaan?
Bayangkan jika dorongan itu bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak yang sulit dihentikan. Ini bukan sekadar kebiasaan buruk, tetapi sebuah gangguan yang disebut dermatillomania, juga dikenal sebagai Skin Picking Disorder (SPD).
Sayangnya, kondisi ini sering disalahpahami sebagai perilaku sembrono atau bahkan tanda ketidakdisiplinan dalam menjaga kebersihan diri. Namun, apa yang terlihat di permukaan hanyalah ujung gunung es dari pertempuran internal yang jauh lebih rumit.
Dermatillomania adalah gangguan mental yang ditandai dengan dorongan kompulsif untuk memencet, menggaruk, atau mencabut kulit, sering kali hingga menyebabkan luka. Menurut Dr. Indah Prameswari, seorang psikiater di Jakarta, kondisi ini tergolong dalam spektrum gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder, OCD).
“Dermatillomania bukan tentang jerawat atau kulit kering. Ini tentang kecemasan yang mendalam, ketidakmampuan mengendalikan dorongan, dan upaya tubuh untuk mencari ketenangan di tengah kekacauan emosional,” jelasnya.
Bagi penderita dermatillomania, memencet kulit bukanlah tindakan impulsif belaka. Ini adalah ritual yang, ironisnya, memberikan rasa lega sesaat di tengah tekanan mental yang terus menumpuk. Namun, rasa lega ini sering kali disusul oleh rasa bersalah, malu, dan kesedihan karena luka yang ditinggalkan.
Luka itu tidak hanya terlihat di kulit tetapi juga di hati. Mereka yang hidup dengan gangguan ini sering kali menghindari cermin, takut melihat bekas luka yang menjadi pengingat akan perjuangan mereka.
Sayangnya, masyarakat kerap meremehkan kondisi ini. “Kenapa sih nggak bisa berhenti? Kan itu kebiasaan aja,” mungkin menjadi komentar yang sering diterima oleh penderita.
Padahal, hal ini bukan sekadar kebiasaan buruk, melainkan sebuah pola kompulsif yang sulit dihentikan tanpa bantuan profesional. Dr. Retno Lestari, seorang dermatolog, menambahkan bahwa luka yang dihasilkan sering kali menjadi pintu masuk bagi infeksi serius, memperparah masalah kesehatan fisik dan mental penderita.
Sumber dari gangguan ini pun sangat kompleks. Dalam banyak kasus, stres dan kecemasan menjadi pemicu utama. Ketika tekanan hidup terasa begitu menghimpit, memencet kulit menjadi cara untuk melampiaskan emosi yang tidak tertangani.