Kalau kita salah, kita berharap cinta mereka cukup besar untuk mengabaikan kesalahan itu tanpa perlu kita ucapkan maaf. Tapi, diam-diam, anggota keluarga lain mungkin menyimpan luka kecil yang lama-lama jadi besar. Gak ada yang ngomong langsung, tapi perasaan kecewa dan sakit hati bertumpuk seiring waktu.
Hal ini diperparah oleh ego. Ego adalah tembok besar yang sering kali lebih sulit ditembus daripada tembok Berlin. Kita takut terlihat lemah di depan keluarga. Dalam pikiran kita, minta maaf adalah bentuk kekalahan, sementara dengan orang asing, itu sekadar formalitas.Â
Padahal, kenyataannya, meminta maaf ke orang yang kita cintai butuh keberanian lebih besar daripada sekadar basa-basi ke orang tak dikenal.
Di sisi lain, ada rasa takut akan reaksi. Bagaimana kalau mereka gak terima maaf kita? Bagaimana kalau mereka justru mengungkit-ungkit kesalahan kita yang lain? Rasa takut ini sering kali tidak beralasan, tapi cukup kuat untuk membuat kita memilih diam daripada harus menghadapi ketidakpastian.
Yang lucu, kadang alasan kita gak minta maaf ke keluarga adalah karena kita terlalu yakin mereka akan selalu ada. Kita berpikir, "Ah, nanti aja. Masih ada waktu kok."Â
Tapi hidup, sayangnya, gak sefleksibel jadwal kita. Waktu gak bisa diatur ulang. Banyak orang baru sadar pentingnya kata "maaf" setelah kehilangan kesempatan untuk mengucapkannya. Ketika orang tua kita, kakak, adik, atau bahkan pasangan sudah pergi, kita baru merasakan beratnya penyesalan.
Di sinilah kita harus belajar dari kesalahan. Permintaan maaf, sekecil apapun, adalah bentuk penghargaan terhadap hubungan. Memang, memulainya gak gampang. Tapi, bukankah hubungan yang bermakna layak diperjuangkan?
Mungkin kita perlu mulai dari hal kecil. Misalnya, saat ada momen-momen sederhana seperti makan malam bersama atau ngobrol santai di ruang tamu, coba buka percakapan. Kalau perlu, sampaikan maaf dengan cara yang ringan dulu, kayak, "Eh, maaf ya kemarin aku ngomongnya agak kasar." Meski terdengar sederhana, efeknya bisa besar. Terkadang, orang hanya butuh mendengar pengakuan kecil untuk merasa dihargai.
Pada akhirnya, hubungan keluarga adalah investasi jangka panjang. Apa yang kita tanam hari ini akan menentukan seberapa kuat ikatan kita di masa depan.Â
Kalau kita terus-menerus menghindari minta maaf, yang kita hasilkan hanyalah jurang komunikasi yang semakin lebar. Tapi, kalau kita berani mengakui kesalahan, meskipun kecil, kita sedang membangun jembatan yang bisa mempererat hubungan.
Jadi, lain kali, sebelum Anda dengan santai bilang "maaf" ke orang asing yang bahkan gak akan Anda temui lagi, coba pikirkan: kapan terakhir kali Anda melakukan hal yang sama ke keluarga?Â