Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Google, Dokter Digital yang Membuat Kita Jadi Pasien Penyakit Ganas

23 November 2024   23:12 Diperbarui: 25 November 2024   10:25 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena ini sebenarnya mirip dengan kita yang suka mendiagnosis orang lain cuma dari zodiak mereka. Ketemu orang yang terlalu blak-blakan, langsung bilang, "Ah, Leo banget." Padahal dia mungkin cuma nggak sabar. 

Sama halnya dengan Google: cuma gara-gara kamu punya dua dari sepuluh gejala yang disebutkan di artikel, langsung yakin kalau itu penyakit serius. Padahal, bisa jadi kamu cuma kurang air putih atau kebanyakan jajan gorengan.

Tapi, kenapa sih, kita sering banget percaya sama diagnosa internet? Jawabannya sederhana, karena mudah. Cuma butuh WiFi dan jari untuk mengetik, dan tiba-tiba semua jawaban tersedia. Nggak perlu antri di puskesmas, nggak perlu keluar uang buat konsultasi dokter. 

Masalahnya, kemudahan ini kadang bikin kita lupa kalau kesehatan itu bukan sesuatu yang bisa diatasi dengan "copy-paste" informasi. Tubuh kita lebih rumit daripada algoritma pencarian.

Lalu, bagaimana dengan mental health? Nah, ini lebih kacau lagi. Coba pikir, berapa kali kamu atau temanmu bilang, "Aku tuh kayaknya ADHD deh," cuma gara-gara sering lupa naruh kunci. Atau, "Aku kayaknya bipolar," cuma karena mood berubah-ubah waktu PMS. 

Ilustrasi: Google Search (sumber: trigger.id) 
Ilustrasi: Google Search (sumber: trigger.id) 

Google, ditambah video TikTok yang penuh self-diagnosis, bikin semua orang jadi "psikolog" dadakan. Tanpa paham apa-apa, kita langsung klaim diri punya gangguan ini-itu.

Masalahnya, gangguan mental itu bukan main-main. Kalau kamu baca gejalanya tanpa panduan ahli, rasanya semua cocok sama hidupmu. Stres? Siapa yang nggak pernah stres? Sering sedih? Well, siapa yang nggak sedih waktu liat saldo rekening tanggal tua? 

Tapi yang namanya depresi klinis atau gangguan kecemasan itu lebih kompleks dari sekadar perasaan sesaat. Salah mendiagnosis malah bikin kita jadi meremehkan kondisi yang sebenarnya serius.

Ada satu kisah nyata yang lucu sekaligus tragis. Seorang teman pernah cerita, dia yakin kena gangguan kepribadian ganda gara-gara sering lupa naruh barang. 

Padahal, setelah akhirnya mau ke psikolog, dia cuma dapat diagnosis "pelupa karena kurang fokus." Penyebabnya? Terlalu sering buka handphone waktu kerja. Lihat? Bukan gangguan mental, cuma gangguan konsentrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun