Anxiety itu seperti mengatur pesta mewah di hotel bintang lima, dengan dekorasi penuh lampu-lampu, musik live, dan hidangan premium, tapi, tamunya tidak ada. Bayangkan betapa sia-sianya energi itu. Begitulah otak kita bekerja saat cemas, mengantisipasi hal-hal buruk yang belum tentu terjadi.
Apa Itu Anxiety?
Anxiety atau kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres. Dalam porsi wajar, kecemasan berguna, misalnya untuk menghindari bahaya atau mempersiapkan presentasi. Masalah muncul saat kecemasan menjadi berlebihan dan terus-menerus, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Siapa yang Bisa Mengalaminya?
Siapa saja bisa mengalami anxiety, mulai dari anak kecil yang takut ujian matematika, mahasiswa yang cemas skripsinya ditolak, hingga orang dewasa yang overthinking soal karier. Faktanya, lebih dari 264 juta orang di dunia hidup dengan gangguan kecemasan.
Kapan Anxiety Muncul?
Sayangnya, anxiety sering datang tanpa undangan. Bisa saat deadline sudah dekat, sebelum wawancara kerja, bahkan saat santai tanpa alasan jelas. Ini karena otak kita suka overprepare, berusaha memprediksi dan mengendalikan masa depan yang tidak pasti.
Dimana Anxiety Terjadi?
Jawabannya: di kepala kita. Kecemasan memengaruhi cara otak memproses informasi. Area otak seperti amigdala yang bertanggung jawab atas respons "lawan atau lari" bisa menjadi hiperaktif pada orang dengan anxiety.
Kenapa Kita Cemas?
Penyebabnya kompleks, mulai dari faktor genetik, lingkungan, hingga pengalaman traumatis. Misalnya, tekanan dari keluarga, ekspektasi sosial, atau pengalaman buruk seperti kehilangan pekerjaan. Tapi, terkadang anxiety muncul tanpa sebab jelas, seperti tamu yang tiba-tiba muncul tanpa diundang.
Bagaimana Mengatasinya?
Mengatasi anxiety butuh strategi. Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:
1. Berhenti Overthinking: Fokus pada saat ini. Tanyakan, "Apa yang nyata sekarang?" Ingat, kecemasan sering datang dari pikiran tentang masa depan yang belum terjadi.
2. Latihan Pernapasan: Ambil napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Ini membantu menenangkan respons tubuh terhadap stres.
3. Tetap Aktif: Olahraga bisa mengurangi gejala kecemasan. Tidak perlu maraton, jalan santai saja cukup.
4. Cari Dukungan: Bicara dengan teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental. Ingat, meminta bantuan bukan tanda kelemahan, melainkan langkah bijak.
5. Hindari Pemicu: Batasi konsumsi kafein, alkohol, dan gula berlebihan. Ketiganya bisa memperburuk kecemasan.
Anxiety Bukan Akhir Dunia
Kita semua punya hari buruk, dan kecemasan kadang terasa seperti awan gelap yang enggan pergi. Tapi jangan lupa, awan itu selalu bergerak. Tidak ada yang permanen, termasuk perasaan cemas.
Daripada terus khawatir tentang masa depan, mari belajar menikmati detik ini. Kecemasan adalah pengingat bahwa kita manusia, makhluk yang berpikir dan merasa. Yang penting, jangan biarkan kecemasan mengendalikan hidup kita. Jika perlu, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
Hidup ini seperti lagu, penuh dengan nada tinggi dan rendah. Jangan biarkan kecemasan mematikan musiknya. Fokus pada langkah kecil hari ini, dan ingat bahwa kita tidak sendiri dalam perjuangan ini. Bagaimanapun, pesta yang kita siapkan, tamunya adalah diri kita sendiri, hadirlah sepenuh hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H