Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vegan Burger: Paradoks Tanpa Daging di Tengah Kuliner Indonesia

14 November 2024   05:59 Diperbarui: 14 November 2024   08:01 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : creativemarket.com

Salah satu argumen utama yang dikemukakan penggemar vegan burger adalah dampak positifnya terhadap lingkungan. Memang benar, produksi daging, terutama daging sapi, menyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan. Namun, tidak semua yang nabati selalu lebih hijau. Bahan-bahan yang digunakan dalam vegan burger, seperti kedelai dan kacang polong, sering kali diimpor dari negara lain, yang artinya menambah jejak karbon dari transportasi. Belum lagi isu deforestasi untuk perkebunan kedelai di beberapa negara.

Di Indonesia sendiri, ada berbagai inisiatif lokal yang mencoba mengolah produk nabati asli, seperti tempe dan tahu, menjadi bahan burger. Tetapi, produk-produk ini sering kali tidak mendapatkan sorotan atau label "keren" seperti halnya burger berbasis kedelai impor yang diolah dengan teknologi canggih.

Kesimpulan: Sebuah Tren atau Solusi?

Vegan burger di Indonesia memotret ironi yang menarik antara niat baik dan realitas ekonomi-sosial. Di satu sisi, mereka menawarkan janji akan keberlanjutan dan kesehatan. Di sisi lain, aksesibilitas dan validitas klaim tersebut sering dipertanyakan. Mungkin, sebelum bergegas melabeli sesuatu sebagai "sehat" atau "ramah lingkungan", ada baiknya kita menelusuri kembali dampaknya yang lebih luas.

Bukan berarti kita harus meninggalkan tren vegan burger sepenuhnya, tetapi lebih ke arah bijak dalam memilih: Apakah kita mengonsumsi sesuatu karena tren atau karena kesadaran yang lebih dalam? Hingga saat itu, vegan burger akan terus menjadi simbol gaya hidup yang setengah lucu, setengah serius, dan sepenuhnya mengundang perdebatan di meja makan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun