Nasib remaja lahiran milenial awal ya gini. Mulai dari gak sanggup lagi pakai stilleto, meninggalkan blazer lebih milih batik katun, bahkan top note parfum pun lebih kuat eucalyptus daripada vanila.
Kalo di usia 20 an semangat 45 aja kalo jalan-jalan, setelah masuk usia dua kali lipat dapat kerjaan keluar kota langsung banyak hitung-hitungannya. Â Mulai dari penyesuaian jadwal kegiatan domestik dan anak yang memang sudah jadi prioritas dan bejibun alasan lain untuk lebih mengurangi kegiatan keluar kota.
Jangankan keluar kota, keluar rumah aja rasanya perlu semangat luar biasa.
Tapi kan kalo bicara kebutuhan gak bisa cuma berpangku tangan, mau tidak mau tetap cari cara untuk cari cuan. Setidaknya jangan sampai bobol tabungan untuk pengeluaran keseharian.
Kerja RemoteÂ
Sejak pandemi covid 19 kemarin saya kehilangan pekerjaan yang katanya sampingan tetapi memang menjadi andalan untuk pemasukan. Â Namanya perubahan, ya suka tidak suka harus mampu menyesuaikan.
Tetapi dengan covid juga saya mendapatkan pekerjaan baru yang justru tidak perlu meninggalkan kota kelahiran, malah seringkali saya kerjakan di rumah saja. Hanya hari-hari tertentu saja saya membahasnya langsung bersama rekan.Â
Untuk beberapa pekerjaan saya cukup membuat laporan, lalu menguploadnya di cloud, dibahas bersama dengan rapat daring. Semudah itu pekerjaan saya. Â Cocok sekali buat saya yang mageran, modalnya ya internet.
Masalahnya, saya ini orang super optimis,  jadinya kebiasaan sebagai pengabdi deadline. Apalagi dengan lancarnya jaringan  IndiHome  Internet Provider  andalan kita semua, Tekom Indonesia.  Saya sering tergoda menuntaskan seri di layanan streaming yang juga saya dapatkan gratis dari IndiHome.
Dan mulai panik saat reminder dari kalender online berbunyi. Seringkali terburu-buru untuk segera menyelesaikan. Seringkali juga karena kuatir gagal paham memaksa teman-teman meeting daring.Â