Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Healing Terbaik: Jelajah Musi, Bestie

28 April 2023   20:08 Diperbarui: 28 April 2023   20:13 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sebagai orang yang cinta berat dengan kota Palembang, buat healing itu gak perlu jauh-jauh. Ini bukan cuma persoalan budget, Kawan. Tapi soal waktu yang tepat.

Healing nunggu waktu libur, ya stressnya makin jadi aja. Ah apalagi akan rempong lelah di perjalanan dan ngurusin rencana perjalanan dan akomodasi, belum lagi ditambah ditagih oleh-oleh karena sudah pergi keluar kota. 

"Halah, apa yang bisa dinikmati sungai sekecil itu?", mungkin akan ada komentar seperti itu. 

Percayalah, jangankan yang berada di luar kota Palembang. Orang-orang yang berada di Palembang yang hanya mengira Sungai Musi itu hanya yang berada di dekat jembatan Ampera, dan adik-adiknya Musi IV dan Musi VI, akan mengira sungai ini begitu kecil,

Jangankan jelajah dari hulunya, saat kita jelajah aliran Sungai Musi yang bermuara ke Selat Bangka. Kita akan serasa berada di bentangan "laut" air tawar, hanya tampak air seluas mata memandang. 

Jika waktunya cukup memadai saya memang gemar bermain ke area Musi Banyuasin atau Ogan Komering Ilir.  Menyusuri sungai dengan speedboat dengan terpaan angin yang menampar lembut wajah menjadi pelepas endorpin alami.

Tetapi, jika sedang diburu dengan beban kerja dan waktu yang mepet. Cukup jelajah Musi di seputaran jembatan Ampera.

Ada banyak destinasi wisata dalam kota Palembang yang dapat dinikmati dengan jelajah musi.  Startnya bisa dari Benteng Kuto Besak atau Dermaga Bekang, Sekanak atau jika menyewa bisa dimulai dari plaza pasar 16 Ilir.  Pasar tradisional yang tengah ditata tampil lebih modern.

Sambil menunggu, kita bisa ngopi dulu di warung kopi,di Pasar 16 Ilir sekarang juga ada cafe dengan biji kopi pilihan  dari wilayah Bukit Barisan Sumatera Selatan, Agam Pisan nama cafenya.

Ada beberapa destinasi yang dapat dipilih mulai dari Pulau Kemaro (Kembaro), Kampung Arab Al Munawar, Rumah Baba Boen Tjit, hingga Masjid Muara Ogan yang menyimpan cerita sejarah yang terkadang dibumbui urban legend yang menarik untuk disimak.

Pulau Kembaro 

Saat Cap Go Meh, banyak peziarah yang datang ke Pulau ini. Delta sungai Musi ini memang memiliki pagoda sembilan lantai Dewi Kuan Im dan terdapat rumah peribadatan pemeluk agama Kong Hu Cu. 

Tetapi, bukan berarti di luar tahun baru kalender lunar Cina, tempat ini ditutup. Kita di sini dapat menikmati pemandangan indah dengan deburan ombak kecil di tepi Sungai Musi.

Banyak orang menyebutnya dengan Pulau Kemarau dengan urband legend kasih tak sampainya Tan Boen An dan Siti Fatimah. 

Di peta, delta ini disebut dengan Pulau Kembaro. Pulau ini dalam kesejarahan kesultanan Palembang memiliki peran khusus sebagai benteng pertahanan dengan teknik rantai laut yang sempet memukul mundur pasukan VOC dan Pemerintahkan Kolonial Belanda  yang berkali-kali ingin menjatuhkan Kesultanan. 

Meski Palembang sempat dijajah oleh Kolonial Belanda dengan memporak porandakan sistem pemerintahan menggantikannya dengan keresidenan Palembang. Tetapi, tidak sedikit biaya yang dikeluarkan oleh Kerajaan Belanda untuk membangun sistem pemerinthan dan perdagangan di kota ini. 

Rumah Saudagar Boen Tjit

Salah satu saudagar kaya yang menguasai perdagangan di Palembang, adalah Ong Boen Tjit. Saat ini rumah mereka masih terawat cukup baik oleh keturunannya. Ada nuansa magis tersendiri saat kita memasuki dermaganya. 

Menuju destinasi wisata ini memang jauh lebih mudah jika melewati sungai, karena sulit sekali memarkirkan kendaraan jika kita ke sana menggunakan jalur darat.

Kampung Kapitan dan Kampung Al Munawar

Masa pemeritahan kolonial dulu terdapat pemerintahan warga. Termasuk untuk masyarakat Timur Asing.  Di Palembang perdaganan juga dijalankan oleh keturunan Tionghoa dan Arab. Masing-masing komunitas memiliki kapitan sebagai pemimpin komunitas.

Untuk komunitas keturunan Cina di kawasan kampung kapitan dan komunitas Arab di Kampung Arab Al Munawar. Dahulu, pembatas kedua kampung komunitas ini adalah komunitas suku asli Palembang. 

Jadi, gak usah gusar mengenai toleransi di Palembang. Ini sudah menjadi kebiasaan dan bukan nilai baru bagi masyarakat Palembang.

Kampung Kapitan  dan Kampung Al Munawar menyimpan bukti kekayaan para saudagar kala itu. Bahkan, pada bangunan di Kampung Al Munawar masih terdapat lantai keramik Italia yang langka dan mahal. 

Masjid Muara Ogan

Ogan adalah salah satu dari batanghari sembilan yang bermuara ke Sungai Musi.  Di tepian sungai Musi ini terdapat masjid yang konon tidak akan tenggelam saat air pasang dan tidak akan kekeringan saat sungai Musi surut, sehingga tetap mudah mengambil air wudhu langsung dari Sungai Musi. Bahkan ada yang mengklaim jika jarak permukaan Sungai Musi dengan Lantai Masjid Muara Ogan hanya 1 kilan tangan. Tidak kurang tidak lebih.  Jika penasaran coba saja diukur sendiri. Masjid lain yang memiliki mitos yang sama adalah masjid Lawang Kidul di Kuto Batu.

Menyusuri Sungai dan menyempatkan diri untuk shalat di masjid ini adalah healing yang cukup mujarab. Toh, healing terbaik adalah mengikhlaskan dan menyerahkan semuanya kepada Allah ta'ala bukan?

Yoklah ke Palembang, sama-sama kita healing jelajah Sungai Musi, Bestie.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun