Di sebuah cafe, Rumah Merdeka menawarkan martabak ini dengan gaya kekinian. Â Dengan tampilan yang lebih aesthetic dan dengan tambahan topping yang menarik buat anak muda.
3. Nasi Minyak
Ini adalah hidangan untuk kolega yang saya ingin jadikan sultan sehari. Nasi minyak adalah asimilasi budaya arab di Palembang. Ada dua tempat yang saya rekomendasikan H. Abuk di Kuto dan H. Saudi di Dempo.Â
Nasi minyak adalah nasi gurih yang dimasak secara khusus dengan bumbu kari dan minyak samin. Aromanya saja sudah menguar menggugah selera.Â
Dinikmati dengan ayam goreng sambal kecap, malbi atau kari kambing,uh... langsung pura-pura lupa dengan hasil tes lab. Apalagi dengan sambal nanas dan acar mentimun yang menetralisir rasa gurih yang kuat dengan rasa asam segarnya.
Dua warung ini bukan yang terenak, tetapi ini adalah yang menyediakan setiap hari. Oh ya Martabak HAR di Simpang Sekip juga menyediakannya.Â
Nasi minyak terenak justru saat acara pernikahan di beberapa wilayah yang dihuni oleh penduduk suku asli Palembang. Saya bukan penyuka aroma rempah yang kuat pada hidangan nasi, jadi hidangan yang dari kampung arab malah saya kurang menyukainya.
4. Mie Celor
Mie kesukaan Ibu Megawati ini memang ada yang doyan banget, ada yang gak suka sama sekali.Â
Mie basah dengan ukuran yang lebih besar dari umumnya ini sebelum dihidangkan dicelupkan di kuah mendidih, ini yang dinamakan dicelor. Jadi bukan mi telor.
Disiram dengan kuah kaldu udang yang creamy dan kental. Ya serupa dangan spageti carbonara gitu. Toppingnya taoge, udang, dan kucai dangan arom khas. Dinikmati dengan sambal cabe hijau.