Sudah coba resep maratabak mie kuah kari aku belum?. Seperti yang kuceritakan di celotehanku itu, salah satu kuliner legend yang berada di Palembang adalah martabak tambi. Merek yang paling dikenal adalah martabak HAR, yang salah satu gerainya berada persis di seberang titik 0 kota Palembang.
Jujur saja, tidak semua orang Palembang bisa menyebutkan dimana persisnya titik 0 kota Palembang.Â
Ada yang menyebut bundaran air mancur, ada yang menyebut jembatan Ampera, ikon kebanggaan kota Palembang itu.
Teman-teman juga banyak yang merujuk kantor pos pusat, karena biasanya memang titik 0 sebuah kota berada di kantor posnya.
Titik 0 kota Palembang memang tidak dibuat dengan monumen khusus, hanya sebuah penanda jalan perbatasan antara Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Ryacudu. Tempatnya juga sangat nyempil, seringkali tertutup tamanan taman.Â
Jika kurang awas, kita akan kesulitan menemukannya.  Karena ada di pagar Masjid  Badarudin Jayo Wikramo.  Orang Palembang biasa menyebutnya Masjid Agung, meski penamaan resminya sudah ditetapkan sejak februari 2019.
Salah Satu Masjid Tertua di Palembang
Penetapan nama masjid ini didasari pada nama pendirinya, yakni Sultan Mahmud Badaruddin I  yang dikenal  dengan Jayo Wikramo (tahun 1724-1758).  Berdasarkan keterangan dari situs Kemdikbud.go.id, masjid ini dibangun pada tahun 1738 M (1151 H) dan peresmiannya pada hari Senin 28 Jumadil Awal 115 H atau 26 Mei 1748.Â
Pembangunan masjid ini sekitar 1 dekade, dengan arsitektur percampuran budaya Nusantara, Arab,Cina dan Eropa. Arsitektur ini juga menunjukan budaya Palembang hingga kini. Sebagai kota perdagangan, asimilasi budaya sangat kental bahkan dapat tergambar dengan jelas pada pakaian dan kulinernya.
Masjid ini memiliki menara yang berada terpisah dari bangunan utama, didirikan  ditahun 1774 pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin  yang memimpin kesultanan Palembang selama tahun 1758-1774.