Manusia kelahiran millenial awal sepertinya masih perlu bangga mengenai pengalamannya tentang cerita rakyat.Â
Cerita rakyat jika tidak didengar dari kakek dan neneknya, bisa juga dengar dari sandiwara radio di minggu sore, koran-koran pun punya rubrik khusus cerita rakyat di hari minggu, TVRI pun sering menayangkan sinetron lepas yang berkisah tentang cerita rakyat nusantara.Â
Belum lagi buku-buku yang dapat disewa dari taman bacaan. Saya tidak terlalu paham apakah dulu penerbit indie atau penerbit mayor  yang menerbitkan buku-buku tipis berisi dongeng, legenda, fabel ataupun cerita rakyat lainnya pada kertas stensil.Â
Fabel yang paling dikenal adalah kisah sang kancil, yang sekarang justru dapat dinikmati oleh gen z dan gen alpha melalui tayanhan animasi produksi Malaysia, bertitiel Pada Zaman Dahulu.Â
Saya yang berpengetahuan sempit dan kesulitan mencari referensi sempat bingung membayangkan bagaimana wujud kancil sesungguhnya. Saat itu, sosok kancil belum saya temukan pada ensiklopedia di perpustakaan sekolah.Â
Cerita Rakyat Mendunia dari Grimm, Hans. C .Andersen dan Walt DisneyÂ
Jika dongeng-dongeng nusantara dapat saya nikmati pada buku dengan kertas stensil. Buku lux dengan kertas tebal dan bergambar indah lebih menampilkan dongeng-dongeng luar negeri.Â
Paling terkenal adalah dongeng-dongeng karya atau lebih tepatnya kumpulan dari Grimm bersaudara dan H.C.Andersen.
Semakin dikenal di seluruh dunia karena dongeng-dongeng karya mereka yanh seringkali diadaptasi dalam animasi Walt Disney.Â
Cerita Rakyat 1001Â Malam pun Tak Kalah Indah
Cerita 1001 malam yang didongengkan Sehrazad di negeri Baghdad merupakan kumpulan cerita rakyat dengan budaya Timur Tengah.Â