Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anjay, Dia Sebut Kacukan

7 September 2020   14:11 Diperbarui: 7 September 2020   14:34 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar setahun lalu diriku mengikuti sebuah kegiatan  di Jakarta sebentar.  Seorang kolega yang usianya cukup terpaut jauh dariku telah kerja ke ibukota,sebut saja  Dini )Sudah mirip gaya bahasa reprtase kriminal balum?).  

Ketika tahu aku berada di Jakarta, sengaja ia  mampir tempat kami menginap untuk melepas kangen. 

Mau gimana lagi, kan aku emang selalu nganagenin. ha... ha... ha....

Kebetulan, diriku tak sendiri tetapi bersama beberapa kolega meski telah lewat tengah malam,  sengaja makan di dekat tempat kami menginap. Saat melihat kami dengan semangat ia berseru "Anjay Ayuk Ika, dimana pun berada makannya Sate Padang". Sontak saja semua  rekan yang menemaniku makan di seputaran Cililitan itu menoleh ke arahnya.

"Woi, Din . Jaga mulut" tegur kolegaku dari Palembang yang memang juga kolega si Dini. "Aduh, Maaf Yuk, kelepasan ngomong sejak di sini, aku kebiasaan ngomong gitu. Tidak bermaksud mengumpat kok ,Yuk". Dini berusaha menjelaskan.  

Aku senyum-senyum saat mata kolegaku yang lain menatapnya. Aku mencoba paham yang dirasakan Dini, karena  Dini juga mengenal mereka. beberapa kolega yang tengah menatapnya sehari-hari bertugas sebagai dosen perguruan tinggi Islam negeri di Palembang. 

Entah kenapa emak-emak  bawel  ini bisa satu project dengan mereka. ha ...ha..

"Biasalah, kalo budak Plembang lah ke Jakarta dikit luntur basonyo. Bentar lagi dia ngomong lu gue" sahutku sambil tetap menikmati Sate Padang yang enak banget itu. 

Kayaknya rasanya makin nikmat karena aku gak tahu harganya berapa dan gak perlu bayar deh. 

Dini berusaha menjelaskan dan selalu saja disahuti dengan kolega kami. Berbagai alasan yang ia kemukakan bahwa ia tak bermaksud demikian pun selalu ditolak dengan kolega lain yang sengaja mempermainkannya. 

"Budak Plembang memang kasar kalo ngomong, cuma tetep jago mulut", itu selalu yang diingatkan oleh teman-teman lain kepada Dini yang masih sibuk saja menjelaskan maksud ia menggunakan kata "Anjay" yang memang jika di Palembang sudah menyebut kata anjing   terkesan melecehkan.

Di Palembang memang bukan tidak ada bahasa umpatan. Tetapi, tidak sedikit kasus penujahan (penikaman dengan pisau) atau anak Palembang menyebutnya dengan istilah basah (maksudnya bersimbah darah) karena tidak terima dengan umpatan. 

Umpatan dan cacian  biasanya hanya keluar dari orang-orang yang marah,  itupun sengaja untuk ribut. Kalau pun ada yang biasa mengucapkan kata-kata kotor dapat dipastikan ia latah atau dari golongan masyarakat yang tidak terdidik ataupun elit (ekonomi sulit), bahkan preman pun hanya kepada orang tertentu jika mengumpat. 

Sependek pengetahuanku dari sejenak pengalamanku. lahir dan besar di Palembang.   Wong Plembang kalau berbicara sangat keras dan menggelegar, tetapi untuk mengumpat sangat dihindari. 

Beda Bahasa, Beda Makna

Sesungguhnya kami semua tahu Dini tak bermaksud demikian.  Pun teman-teman dia yang sengaja seolah tak memperdulikan penjelasannya pun memahami, sekadar iseng saja  untuk pernesan (bercanda) tanpa bermaksud membully sesunggunya.  

Kondisi perut telah kenyang jadi sedikit bisa sedikit menengahi "Kalian tahu nggak kalo keponakan kalian (makusudku anakku)  hampir  memiliki nama tengah Aanjay?".

Tentu saja pertanyaanku itu disambut gelak tawa semua temanku yang ada di situ. Mereka menganggap aku bercanda. Tawa mereka mereda saat melihat aku tidak tertawa.  

Sepuluh tahun sebelumnya, saat diriku tengah mengandung anakkku. 

Eh..kalo aku sebut hamil sepertinya akan ada kompasianer yang mengatakan aku kasar ya. Karena sekarang kata hamil pun banyak media tak berani menyebutkannya  apalagi bunting. Bahkan menyebut Sapi bunting pun terasa kasar, diganti menjadi sapi hamil.   Begitu kasarkah kata bunting sehingga  sapi pun tidak disebut hamil, seperti berita di sini.

Perjalanan Kuala Lumpur-Palembang sangat dekat dan berbiaya murah dengan adamya air asia (semoga bertahan dan tidak benar-benar menjadi air tiada seperti yang disampaikan Bang Tony).  

Bukan hanya orang Palembang yang suka pelesiran ke Malaysia. Banyak juga warga Malaysia jalan-jalan ke Palembang.  Tujuan mereka biasanya wisata belanja kain tenun asli Palembang dan wisata kuliner. 

Salah satu temanku Rajiv. seorang warga Malaysia keturunan India kala itu menebak kalo diriku mengandung anak perempuan, ia sempat mengusulkan nama Aanjay yang artinya tak terkalahkan. 

Saat itu istilah anjay belum dikenal luas di bumi pertiwi , dimana masyarakatnya terkenal ramah,  santun dan berbudi pekerti luhur. Beum ada penghaluskan kata anjing menjadi anjay, ataupun pengunaan kata itu untuk menunjukkan kekaguman.

Tentu saja aku menolak. Meski aku menginginkan  nama  anak itu  terdengar unik tentu diriku tak ingin dari bahasa yang tidak terlalu familier. Di masa kehamilanku dulu, orang tua lebih memilih nama sangat Islami atau banyak huruf konsonan daripada huruf vokal, sehingga sulit diucapkan atau [un terdengar unik.

Tetapi karena ia sebut sanjai yang ditelingaku identik dengan keripik singkong dari Sumatera Barat, tentu saja nama itu kucoret. Mudah banget anak-anak nanti bully anakku nanti berdasarkan nama. Salah satu keputusan yang aku syukuri beberapa tahun kemudian. Bisa bayangkan jika nama jadi nama tengahnya. 

Anjay, bisa rempong urusan ke Pengadilan Negeri demi mengganti nama tengahnya yang sekarang jadi kontroversi. 

Apa kata komnas PA kalo aku jadi beri nama tengah anakku dengan nama Aanjay?. Pada saat itu, jika di-browsing nama itu begitu keren. 

Bukan Darah  Kacuk 

Teman perjalanan Rajiv pun tertawa dan berkomentar yang kira-kira diterjemahkan  "Ah, bukan darah kacuk India juga, kenapa harus pake nama India". 

Kontan saja buatku yang berbahasa Melayu Palembang sehari-hari langsung merah padam.  Jika padanan kata kacuk di KBBI adalah bingung atau kacau.  Kata ini sangat sensitif di Palembang. Padanannya kacak kac*k adalah f*ck,  dan umpatan di Palembang "You Mother F*cker" adalah Kac*k Um*k atau  yang diucap "Kac*mak kau". 

Umpatan yang memang seringkali diucapkan oleh orang-orang tertentu tetapi sangat kasar di kalangan umumnya. Mohon dengan sangat tidak mengucapkan umpatan ini jika di Palembang.  Masyarakatnya belum se-openminded seperti mengucap jancuk di Surabaya, meski beberapa golongan tua sepertinya masih sangat keberatan kata itu diucapkan.

Beda lubuk , beda ikan. Lain Padang, lain Belalang. Meski sama-sama rumpun Bahasa Melayu tentu beberapa istilah akan sangat berbeda di MAlaysia dengan Palembang. Toh di Sumsel sendiri sama-sama Melayu pun beda dialek dan beda istilah. 

Mencoba mencari tahu apa yang dimaksud kacuk. Mulailah diriku paham. Jika masyarakat kita menyebutnya dengan indo. Anak hasil percampuran beda rumpun bangsa, seperti banyak artis Indonesia yang peranakan Indonesia dengan bule. 

Beberapa hari ini, keributan di media sosial mengenai seruan penghentian penggunaan kata anjay oleh komnas PA. Tapi apa sih di Indonesia yang gak diributin apalagi jika telah melibatkan netijen?.  

Jika persoalan  kesantunan bahasa demi moral anak bangsa, apakah keributan ini juga santun dan memberi pendidikan buat anak?.  Wah bakalan jadi panjang lagi.

Anjay, Kacuk, bunting pun akan sangat kasar  tergantung daerah dan konteks masing-masing juga, toh?.

Selamat siang, tetap bahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun