Meski sudah tayang minggu lalu, keluarga kecil kami baru menyempatkan menikmatinya hari ini.
"House with Clock in its Wall", sebuah film fantasi yang pada awalnya tidak kami perhitungjan dalam agenda film yang akan kami tonton.
Apalagi beberapa teman penggemar film menyatakan "so so".
Tetapi efek iklan "Fantastic Beast" apalagi makin viral di Indonesia dengan bumbu  cerita "Nagini comes from Indonesia" membuat kami tidak sabar merasakan fantasy dunia magic, jadi pelariannya menonton film ini.
Karena awalnya ekspektasi kami tidak tinggi, penilaian kami malah di luar dugaan, untuk skala 1-10 Ayah menilai 7, saya menilai 8,8 dan Davie tentu saja 9.
Saya yang sedari kecil menyukai dongeng grimm brothers di film ini salah satu tokoh menyatakannnya sebagai "Sejarah Grimm". Bagi penggemar fantasy memang dongeng Grimm bersaudara memiliki kesan tersendiri, mungkin indah saat kecil, tapi makin terasa dark saat menghayatinya di usia dewasa. Ah atau memang saya yang dark ya ha ha.
Kami merasakan petualangan saat menikmatinya. Juga pesan moral nilai kekeluargaan di dalamnya.
Drama, action dan lucu bahkan sedikit terror dengan sedikit jumpscare yang mengagetkan pun terasa melengkapi film ini.
Kisah yang berawal seorang warlock (dalam dunia nyata berprofesi sebagai magician) harus merawat keponakan (anak dari adiknya) yang telah yatim piatu karena kedua orangtuanya tewas dalam kecelakaan mobil, yang membuat ia berkenalan dengan dunia sihir dan tanpa sengaja melakukan dosa magic berupa blood magic yang menjadi konflik utama film ini.
Setting 1955 dengan kesan vintage klasik pun memukau, karena dibuat dengan begitu detail.
Film ini berawal  cerita ini membalut bagaimana upaya keras dari parah tokoh menerima kenyataan yang harus mereka hadapi. Apa saja itu akan terjawab jika anda menontonnya. Karena tentu akan spoiler jika saya ceritakan di sini.