Mohon tunggu...
Karsono Tajuddin
Karsono Tajuddin Mohon Tunggu... -

penulis independen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mau Mencuri Malah Dapat Jodoh

19 September 2012   04:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13480307801034639787

Jodoh adalah bagian dari rezeki Allah.  Seperti rezeki, jodoh pun ditentukan dan dibagi-bagikan Allah. Maka, tak mengherankan bila ada yang mudah dan cepat dapat jodoh. Tapi ada juga yang sulit dan lama dapat jodoh alias seret jodoh. Terhadap takdir Allah tentang jodoh, sikap orang berbeda-beda. Ada yang sangat yakin bahwa jodoh itu di tangan Allah sehingga ia tak khawatir tak mendapat bagian. Ia tenang-tenang saja. Yang ia lakukan, ketika ia sudah ingin menikah, hanya berikhtiar dengan banyak bersilaturahim, berdoa dan akhirnya tawakal. Pokoknya, dalam menjemput jodoh ia menghindarkan diri dari hal-hal yang melanggar syariat (Islam), baik jodoh itu mau datang cepat maupun  terlambat. Ada juga yang kurang yakin bahwa jodoh itu dalam genggaman Allah. Ia jadi selalu khawatir tidak mendapat bagian. Kekhawatiran itu kian memuncak saat usianya sudah matang sementara jodoh belum juga datang. Maka, akhirnya ia minta pertolongan ke paranormal minta jampi-jampi mudah jodoh.  Atau, bila gagal dapat jodoh, ia jadi frustrasi lalu masuk ke dunia gemerlap (dugem) yang sarat maksiat. Dalam menyikapi masalah jodoh ini, ada baiknya diperhatikan sabda Nabi Muhammad SAW berikut ini: “Sesungguhnya ruhul kudus meniupkan jiwaku bahwa satu jiwa tidak akan mati sehingga ajalnya sempurna dan ia mendapatkan rezeki yang ditentukan baginya, bertakwalah kepada Allah, bertindak baiklah dalam meminta. Dan janganlah keterlambatan datangnya rezeki mendorong sesorang dari kalian untuk menuntutnya dengan cara bermaksiat. Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapatkan kecuali dengan ketaatan kepada Allah ”(Dari Abi Umamah dan disahihkan oleh Al-Bani di dalam Shahihul Jami Ash-Shagir). Dalam urusan rezeki, hadis dari Umamah ini mengisyaratkan bahwa rezeki itu harus dicari dengan cara yang halal. Bila datangnya terlambat jangan sampai dicari dengan cara bermaksiat seperti berjudi, mencuri, dan melakukan korupsi. Sedangkan dalam hal jodoh, hadis ini mengisyaratkan bahwa jodoh juga harus dicari dengan cara yang halal. Bila jodoh itu datang terlambat, jangan sampai dicari dengan cara bermaksiat seperti berpacaran bebas dan pergi ke dukun minta jampi-jampi digampangkan jodoh. Ketaatan ikhlas kepada Allah, bukan karena ingin dipuji orang, sungguh akan menghadirkan apa yang ada di sisi Allah termasuk jodoh. Hal ini dialami oleh seorang pemuda fakir yang taat beribadah. Ia tinggal di sebuah kamar di Masjid Jami’ At-Taubah, Damaskus. Ia tengah berguru kepada Syekh Salim Al-Masuthi yang juga tinggal di masjid itu. Syekh itu adalah seorang alim dan jadi tauladan dalam kefakiran, kemuliaan jiwa dan keikhlasan dalam membantu kepentingan orang lain. Suatu ketika, pemuda fakir itu diterjang rasa lapar yang sangat hebat. Sudah dua hari ini ia tidak makan karena ia tidak punya uang sepeser pun. Di hari ketiga ini ia  bermaksud mencuri makanan karena kalau tidak, ia akan mati kelaparan. Karena kondisinya begitu darurat  ia sampai punya pikiran bahwa mencuri sekadar untuk menegakkan tulang punggungnya boleh-boleh saja. Maka, ia  melompat ke atap masjid. Lalu pindah ke arap rumah. Ini dimungkinkan karena atap masjid tempat ia tinggal bersambung dengan atap rumah-rumah sebelahnya. Saat terlihat ada orang, apalagi wanita, ia palingkan wajahnya, tak jadi turun ke rumah itu. Ketika ia pindah ke atap rumah lain dan ia tak melihat siapa pun, ia pun turun ke rumah yang umumnya satu lantai itu. Ia mengendap-ngendap masuk ke dapur karena ia mencium bau makanan yang menggoda rasa laparnya. Di lihatnya ada panci. Diangkat tutupnya. Ternyata ada sayur terong besar yang masih mengepul. Saking laparnya, rasa panas tak dirasakannya saat ia mengambil terong itu. Ia gigit. Lalu dikunyahnya pelan. Tapi, ketika mau menelan kunyahan terong itu, ia tersadar akan kekhilapannya. Ia ingat Allah. “Auzubillah” katanya mohon perlindungan-Nya. Lalu, ia beristigfar mohon ampunan Allah sambil menangis. Ia kembalikan terong itu ke tempat semula. Dengan penyesalan yang dalam, ia segera kembali ke masjid. Kebetulan ada pengajian dengan gurunya Syekh Salim Al-Masuthi. Ia pun mengikuti pengajian itu. Tapi, ia tak mampu mencerna isi ceramah gurunya karena sakit laparnya belum terobati. Selesai pengajian, jamaah pengajian pun pulang. Tiba-tiba datang seorang wanita berhijab mendekati Syekh. Ia berbincang dengan Syekh. Isi perbincangan ini tak didengar si pemuda. Maka, ia kaget ketika gurunya memanggilnya. Ia tambah kaget ketika ia ditanyai soal dirinya sudah menikah atau belum. “Belum,” jawab pemuda itu. Ia bingung ketika Syekh menanyakan  apakah dirinya punya keinginan untuk menikah atau tidak. “Ya, Syekh, demi Allah, saya tidak punya uang untuk membeli roti. Bagaimana mungkin saya akan menikah”, katanya. Syekh meminta anak muda itu untuk tidak perlu bingung kalau memang ingin menikah  Sebab, kata Syekh,  wanita itu setelah ditinggal mati suaminya, di kota Damaskus  ia hidup hanya dengan pamannya yang miskin dan ia ingin ada seorang lelaki yang menikahinya agar hidupnya terjaga. Wanita itu diwarisi rumah dan penghasilan dari alamarhum suaminya. “Maukah kamu menikah dengan wanita itu?” tanya Syekh. “Mau,” kata pemuda itu. Wanita itu juga menjawab mau ketika Syekh menanyakan kesediaan menerima pemuda itu sebagai suaminya. Pernikahan pun dilangsungkan di masjid itu dengan wali pamannya dan dua orang saksi yang sengaja dipanggil Syekh. Syekh juga membantu membayar mahar untuk muridnya itu. Dengan berpegangan tangan, usai akad nikah, mereka masuk ke rumah. Hijab pun dibuka. Pemuda itu merasa takjub. Sebab, janda yang sekarang menjadi istrinya itu usianya masih muda dan menarik. Saat mengagumi istrinya, ia tersadar bahwa rumah yang ia masuki sekarang adalah rumah yang beberapa jam lalu ia masuki ketika ia mau mencuri. “Kakanda mau makan?” kata istrinya. Karena sangat lapar,  suaminya menjawab iya. Di dapur, istrinya mengangkat tutup panci yang ada sayur terongnya. Ternyata, di terong  itu ada bekas gigitan orang. Dia heran, siapa yang telah masuk ke rumahnya dan menggigit terong itu. Sambil menangis, pemuda itu menceritakan kisahnya. Istrinya memaklumi apa yang dilakukan suami barunya itu. Ia menghibur suaminya dengan mengatakan bahwa perjumpaan dia dengan pemuda itu adalah hasil dari sifat amanah. “Kakanda jaga kehormatan. Dan Kakanda tinggalkan terong yang haram itu. Lalu, Allah berikan kepada Kakanda rumah ini berikut pemiliknya. Semua dalam keadaan halal,” kata istrinya. Ini diceritakan oleh Syekh Al-Thanthawi dalam Kisah-kisah Nyata tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi’in, Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, Al-Sofwa, Jakarta. Jelaslah, dengan ketaatan yang ikhlas kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang lebih dari yang kita minta. Buktinya, ketika pemuda miskin itu ikhlas meninggalkan yang haram karena Allah, Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Yaitu seorang istri dan rumah.

pernah dimuat di buku The Miracle of Jodoh (kumpulan artikel tentang rahasia jodoh),

Penerbit Rumah Buku, 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun