Mungkin inilah sebab akibat yang nyata ku temui. Kala itu aku memperhatikan orang-orang sebaya di sekitarku, betapa bersuka cita hatinya. Memiliki tokoh nyata yang setiap waktu ada di sampingnya, tak seperti aku, hanya tokoh idola yang ku punyai. Aku pun ingin seperti kalian, dia yang selalu hadir di setiap keadaanku, melindungiku kala deteksi bahaya muncul, mengkhawatirkanku kala aku tiada kabarnya, serta menghiburku kala hariku tak berpihak padaku. Dan...sampailah saat Tuhan mewujud nyatakan doaku.
Perjalanan melanjutkan mencari ilmu setelah dinyatakan bebas dari status pelajar membawaku beralih rute ke pusat kota. Merantau menuju perguruan tinggi, menaikkan statusku menjadi mahasiswi. Rasa bangga berpadu takut. Tak sedikit mereka yang jauh lebih daripadaku. Mungkin suatu keberuntunganlah yang mengantarku lolos seleksi mendapat 1 kursi yang diduduki untuk 4 tahun ke depan. Salah 1 perguruan tinggi yang terpopuler menempati deretan rangking atas perguruan tinggi di Indonesia ini, membuat nyaliku mengkerut. Apalagi kini setelah ku ketahui jurusan yang ku pilih mendapat pengakuan secara Internasional dan terakreditasi A. Aku suka akan jurusan yang ku pilih dan aku berharap mampu menjalani tanggung jawabku di sini.
Pertama, aku harus mengikuti serangkaian kegiatan yang disodorkan di hadapanku. Sebagai mahasiswa baru "MaBa", aku harus melampauinya sebagai masa orientasiku. PPSMB fakultas telah ku jalani, kini menuju tahap berikutnya yaitu Makrab jurusan. Di sinilah kisahku di mulai......
Siapa dia? Aku tak begitu mengenalnya, selintas hanyalah seseorang yang ku temui dalam SMS. Ehm..nama yang unik! Akankah dia seunik namanya?pikirku. Setiap orang yang ku temui pastilah membahas tentangnya. Mengapa? Sudahkah tema makrab ini berganti? aku tak begitu merespon hot news itu.
Kejadian bulan September itu...
Terekam pasti dalam memoriku. Sikapku yang acuh tak pernah menanggapi secara positif karena kekesalan pada dia yang sok akrab padaku. Baru kali ini ku hadapi orang senekat dia. Memang harus ku beri apresiasi atas keberaniannya. Apa yang dia suka harus didapatkan pula dengan jerih payahnya.
Sepulang dari makrab...
Terbaca olehku pesan singkat yang ia kirimkan. Permohonan maaf..atas sikapnya yang mungkin membuat malu aku di hadapan peserta bahkan panitia. Perjanjian dimulai...ini yang terakhir kali dan selanjutnya dia akan menghilang dari hidupku.
Benar...
Setelah kejadian itu, ia pun menghilang bak ditelan bumi. Hp tiada menyuarakan pesan darinya bahkan di kampus tiada ku temui. Namun itu tak bertahan lama, rentan beberapa waktu...mulai muncul keberanian mendekatiku. Pelajaran Agamalah yang mampu mempertemukan kami kembali.
Duduk bersebelahan berdua...