Kita, hidup di era yang penuh tantangan dan peluang. Salah satu isu terbesar yang kita hadapi saat ini adalah krisis energi, dan dampaknya terhadap lingkungan. Selama berabad-abad, kita telah mengandalkan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas sebagai sumber utama energi kita. Namun, ketergantungan ini, telah menyebabkan masalah serius seperti perubahan iklim, polusi udara, dan kerusakan ekosistem. Bahkan, menurut laporan dari Global Carbon Project, sebuah konsorsium ilmuwan internasional, emisi karbon global dari bahan bakar fosil, mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023. Emisi ini secara keseluruhan naik 1,1% dibandingkan dengan level tahun 2022 dan 1,5% dibandingkan dengan level sebelum pandemi. Hal ini menekankan urgensi tindakan nyata dari berbagai stakeholder, pemerintah, dan lapisan masyarakat.
Transisi energi bukan hanya masalah teknologi, tetapi juga masalah keberlanjutan dan tanggung jawab moral manusia terhadap planet bumi, serta generasi yang akan datang. Dalam laporan World Energy Transitions Outlook 2022 juga menyatakan bahwa, harga bahan bakar fosil yang tinggi, masalah keamanan energi, dan urgensi perubahan iklim mendesak kita untuk cepat bergerak ke sistem energi bersih. Disamping itu, pemerintah Indonesia menetapkan target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025. Mengubah cara kita menghasilkan, dan mengonsumsi energi terbarukan, adalah langkah nyata yang bisa kita ambil, untuk menciptakan dunia yang lebih baik, lebih bersih, dan lebih adil.
Data dan Langkah Relevan yang Mendukung Transisi Energi
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi. Menurut Institute for Essential Services Reform (IESR), total potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 6-7.879,4 GW. Kabar baiknya, potensi tersebut lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mencapai dekarbonisasi mendalam atau target nol emisi 2050 yang sebesar 1.066 GW per tahun. Secara global, teknologi terbaru seperti pembangkit listrik terbarukan dan baterai penyimpanan energi berkapasitas tinggi, menjadi kunci dalam mendukung transisi energi. Selain itu, peran setiap individu juga diperlukan untuk mencegah krisis iklim yang lebih parah. Adapun langkah yang dapat kita ambil adalah
- Mengurangi Konsumsi Energi di Rumah: Menggunakan peralatan rumah tangga yang efisien energi. Karena, Menurut Badan Energi Internasional, efisiensi energi dapat mengurangi emisi global hingga 40% pada tahun 2040.
- Menggunakan Transportasi Ramah Lingkungan: Memilih berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum dapat mengurangi jejak karbon. Alternatif lainnya kita juga bisa beralih ke kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.
- Memilih Energi Terbarukan untuk Pasokan Listrik Rumah Tangga: Di beberapa daerah, kita bisa berlangganan listrik dari penyedia energi terbarukan atau memasang panel surya di rumah. Data menunjukkan bahwa instalasi panel surya skala rumah tangga telah meningkat 40% dalam beberapa tahun terakhir, hal ini menandakan adanya minat yang semakin besar dari masyarakat.
Kemudian menurut sekretaris jenderal PBB, terdapat lima tindakan penting yang perlu diprioritaskan untuk mempercepat peralihan ke energi terbarukan:
- Menjadikan teknologi energi terbarukan sebagai barang publik global, artinya teknologi ini harus tersedia untuk semua lapisan masyarakat.
- Meningkatkan akses global terhadap komponen dan bahan baku, seperti akses yang lebih luas dan mudah ke komponen penting seperti baterai dan mineral untuk turbin angin dan kendaraan listrik.
- Menyeimbangkan persaingan untuk teknologi energi terbarukan, dalam hal ini Reformasi kebijakan dalam negeri diperlukan untuk mempercepat proyek energi terbarukan dan menarik investasi sektor swasta.
- Mengalihkan subsidi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, ini akan memperluas akses energi terbarukan di banyak lapisan masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja.
- Meningkatkan investasi dalam energi terbarukan, dimana setidaknya $4 triliun per tahun perlu diinvestasikan hingga tahun 2030 untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2050.
Semakin banyaknya teknologi terbarukan yang diterima masyarakat dan tersedia secara luas, seperti kendaraan listrik dan akses ke energi bersih, kita dapat melihat bagaimana langkah-langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari dapat berkontribusi besar terhadap transisi energi yang berkelanjutan. Bayangkan jika dunia tempat tingggal kita memiliki pasokan udara yang sangat bersih, kemudian, tempat-tempat yang kita cintai tidak dirusak oleh polusi, dan setiap individu merasa bangga berkontribusi pada masa depan yang lebih hijau dan lebih cerah, itulah visi dari transisi energi. Setiap langkah yang kita ambil, baik besar maupun kecil, adalah batu loncatan menuju bumi yang lebih baik. Transisi energi bukan hanya tentang mengubah sumber daya yang kita gunakan, tetapi juga tentang mengubah cara kita berpikir maupun bertindak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H