Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pagar Laut 2 (Habis)

26 Januari 2025   20:02 Diperbarui: 26 Januari 2025   20:02 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Anggota TNI sedang membongkar pagar laut (Sumber: Freepik)

Pagar Laut 2 (Habis)

Aku lekas terharu,
Pagar laut datang, diam-diam,
Menjalar, melilit sepanjang pantai,
Tak ada yang mengaku,
Pemerintah terlelap dalam kebijakan semu,
Pengawasan hanyalah bayangan samar,
Saling menyalahkan di antara riuh ombak,
Nelayan menjerit, tapi tak ada yang mendengar.

Di atas pasir yang dulu bersahabat,
Beton tegak, membatasi langit dan laut,
Serigala beton mengunci langkah kami,
Sertifikat menjadi tuan,
Padahal laut tak bisa dihitung dengan angka,
Kepemilikan adalah bayang,
Sementara rumah kami dipagari tanpa suara.

Nelayan melawan, angin menjadi saksi,
Mereka berdiri di ujung batas yang terbuat dari tinta,
Laut yang dulu milik kami,
Kini dipenjara di balik dinding kaca,
Mereka berteriak, tetapi suara mereka hanyut,
Sertifikat menjadi lebih berharga dari nyawa,
Dan pantai pun teredam dalam hening yang memekakkan.

Betapa sempit dunia yang kini kami lihat,
Batas-batas itu menciptakan jarak,
Yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata,
Laut yang memberi kehidupan,
Kini tak lebih dari sekadar data,
Yang terlupakan dalam lembaran yang tak terbaca,
Yang diukir tanpa hati oleh tangan yang jauh.

Gambar: Anggota TNI AL sedang membongkar pagar laut (Sumber: Freepik)
Gambar: Anggota TNI AL sedang membongkar pagar laut (Sumber: Freepik)

Jangan biarkan semua ini terulang,
Karena di balik pagar-pagar itu,
Ada suara-suara yang terus terpendam,
Ada mimpi yang tenggelam di dalam debur ombak,
Kami menuntut tempat untuk hidup,
Bukan sekadar tanah, bukan sekadar batu,
Tapi ruang untuk bernapas dalam kebebasan.

Aku terharu,
Mengingat yang hilang tanpa jejak,
Bukan hanya laut yang terkurung,
Tapi jiwa-jiwa yang terperangkap dalam keterasingan,
Namun, masih ada waktu untuk membebaskan,
Untuk meruntuhkan pagar-pagar itu,
Dan membiarkan laut kembali bernyanyi,
Di tempat yang dulu milik kami.

Jangan tunggu pagar laut ini viral,
Jangan tunggu teguran dari pimpinan tertinggi,
Bukankah setiap petinggi punya tugasnya,
Menjaga pantai, menjaga laut,
Tanggung jawab yang tak bisa dipinggirkan,
Saat kami menunggu, laut kami semakin hilang.

Tugas bukan hanya retorika,
Tapi aksi yang tak menunggu sinyal dari atas,
Lihatlah di sini, di tanah ini,
Di laut ini yang mulai dilupakan,
Tugasmu bukan menanti tepuk tangan,
Tapi menjaga yang seharusnya dijaga, sebelum semuanya terlepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun