Namun jika dibandingkan dengan perjuangan Pak Empan, kita sudah jauh lebih beruntung. Guru ASN, baik PNS maupun P3K, serta honorer dengan gaji yang jauh lebih baik, sudah seharusnya merasa berterima kasih dan lebih menyadari betapa berharganya profesi ini.
Bersyukur dan Menjalani Tugas dengan Hati
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu" (QS. Ibrahim: 7).
Firman ini mengingatkan kita, terutama para guru, untuk merenungkan dan mengintrospeksi diri: apakah kita sudah cukup bersyukur atas kesempatan yang ada? Apakah kita sudah cukup menghargai profesi ini, ataukah kita malah terperangkap dalam rasa kurang puas?
Kisah Pak Empan ini adalah cermin bagi kita semua untuk lebih bersyukur dan lebih menjiwai profesi ini. Pengabdian tidak hanya diukur dari besarnya gaji atau fasilitas, tetapi dari hati yang tulus dalam menjalankan amanah.
Pak Empan mengajarkan kita bahwa tidak ada yang lebih penting selain memberi tanpa mengharap kembali. Mungkin, kita tidak seberat Pak Empan dalam hal fisik, tetapi kita bisa meneladani semangat juang dan ketulusan hati dalam mendidik anak bangsa.
Menghargai Setiap Langkah dan Setiap Detik
Sebagai guru, kita tidak hanya bertugas untuk mengajar, tetapi juga membentuk karakter, memberi inspirasi, dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus bangsa.
Seperti Pak Empan, kita seharusnya memahami bahwa tugas ini adalah sebuah amanah besar, yang tidak bisa disia-siakan. Kita beruntung, meskipun status kita berbeda-beda, kita sudah mendapatkan kesempatan luar biasa untuk mengabdi.
Meskipun gaji kita lebih baik, bukan berarti kita boleh berpuas diri atau lantas merasa tugas kita sudah selesai.
Mengajar adalah jalan panjang yang penuh dengan tantangan, dan meski kita mungkin lelah, kita harus ingat bahwa perjalanan panjang itu akan menghasilkan buah yang manis---generasi yang cerdas, berbudi, dan penuh semangat.
Menggunakan Hati Sebagai Modal Utama
Salah satu pelajaran terbesar dari Pak Empan adalah pentingnya bekerja dengan hati. Baginya, mengajar bukan sekadar mencari materi, tetapi memberikan kontribusi nyata untuk kemajuan bangsa.
"Saya bukan cari final," ujarnya, menegaskan bahwa yang ia cari bukanlah penghargaan atau imbalan. Sebagai pendidik, kita pun seharusnya memiliki pola pikir yang sama.