Mengapa Skor PISA Indonesia Terus Tertinggal? Apa yang Harus Diperbaiki?
Oleh Karnita
Programme for International Student Assessment  (PISA) atau Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) adalah evaluasi global yang mengukur kemampuan siswa dalam tiga bidang utama: matematika, sains, dan literasi. Setiap tiga tahun sekali, PISA mengadakan penilaian terhadap siswa berusia 15 tahun di lebih dari 80 negara. Hasil dari penilaian PISA memberikan gambaran tentang sejauh mana sistem pendidikan di suatu negara mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia nyata. Penilaian PISA 2022 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 80 negara, dengan skor total 1.108. Posisi ini menempatkan Indonesia jauh di bawah negara-negara top seperti Singapura, China, dan Jepang, yang menunjukkan adanya kesenjangan signifikan dalam kualitas pendidikan.
Indonesia menempati peringkat ke-12 terbawah di antara negara-negara yang terdaftar dalam penilaian PISA 2022, dan meskipun lebih unggul dibandingkan beberapa negara seperti Maroko dan Filipina, perbedaan besar dengan negara-negara teratas menandakan bahwa sistem pendidikan Indonesia masih memerlukan perbaikan yang mendalam. Dengan skor yang jauh tertinggal, Indonesia perlu melakukan upaya serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat bersaing di tingkat internasional. PISA 2025 akan membawa pembaruan penting, dengan fokus utama pada sains, bahasa asing, dan kemampuan siswa dalam mengelola pembelajaran mandiri menggunakan perangkat digital. Pembaruan ini menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh Indonesia semakin kompleks, dan sistem pendidikan nasional harus beradaptasi dengan perkembangan global yang cepat.
Salah satu tantangan terbesar dalam meningkatkan skor PISA Indonesia adalah ketimpangan kualitas pendidikan di berbagai daerah. Daerah perkotaan cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap fasilitas pendidikan yang modern, pelatihan guru yang lebih baik, dan penggunaan teknologi yang lebih optimal. Di sisi lain, banyak daerah terpencil yang masih mengalami kekurangan dalam hal infrastruktur pendidikan dan akses terhadap materi ajar yang berkualitas. Ketimpangan ini memperburuk ketidakmerataan hasil pendidikan yang diterima oleh siswa, sehingga berpengaruh pada perolehan skor PISA secara keseluruhan.
Selain itu, pendekatan pendidikan yang cenderung menekankan pada hafalan dan ujian tertulis tanpa cukup memberi ruang untuk pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif juga menjadi salah satu faktor yang menghambat perbaikan skor PISA. Dalam penilaian PISA, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam situasi kehidupan nyata sangat dihargai. Namun, jika siswa hanya dilatih untuk menghafal informasi dan mengerjakan soal ujian standar, mereka akan kesulitan dalam mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah atau berpikir secara kritis—dua kemampuan yang sangat penting untuk sukses dalam penilaian PISA.
PISA juga mengukur kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran mandiri, yang semakin penting dalam dunia yang serba digital ini. Di Indonesia, meskipun ada upaya untuk memperkenalkan teknologi di sekolah-sekolah, masih banyak daerah yang kesulitan mengakses perangkat teknologi yang memadai. Hal ini menyebabkan siswa tidak dapat mengoptimalkan potensi mereka dalam mengelola pembelajaran secara mandiri. Di sisi lain, negara-negara dengan skor tinggi di PISA, seperti Singapura dan Korea Selatan, telah mengintegrasikan teknologi secara efektif dalam pendidikan mereka, sehingga siswa mereka lebih siap dalam menghadapi tantangan pembelajaran di masa depan.
Berdasarkan hasil PISA 2022, Indonesia juga harus memperbaiki kualitas pengajaran di tingkat sekolah. Banyak guru di Indonesia yang belum memiliki keterampilan mengajar yang memadai untuk menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21. Pendidikan guru di Indonesia perlu lebih menekankan pada pengembangan kemampuan pedagogik dan penggunaan metode pembelajaran yang inovatif, termasuk pembelajaran berbasis proyek dan pendekatan yang lebih interaktif. Peningkatan kualitas pengajaran akan langsung berpengaruh pada kemampuan siswa untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam penilaian PISA, seperti berpikir kritis, memecahkan masalah, dan bekerja secara kolaboratif.
PISA memberikan implikasi yang luas bagi kehidupan masyarakat dan negara. Penilaian ini tidak hanya mencerminkan kualitas pendidikan, tetapi juga kesiapan suatu negara untuk menghadapi tantangan global. Negara-negara dengan skor PISA yang tinggi memiliki sumber daya manusia yang lebih siap untuk berkompetisi di pasar global, berinovasi, dan memajukan ekonomi mereka. Sebaliknya, negara-negara dengan skor rendah, seperti Indonesia, berisiko tertinggal dalam aspek-aspek penting seperti daya saing ekonomi, kemampuan teknologi, dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial dan ekonomi yang cepat.
Untuk meningkatkan skor PISA, Indonesia perlu melakukan perbaikan yang menyeluruh dalam sistem pendidikannya. Reformasi kurikulum yang lebih menekankan pada pengembangan keterampilan abad ke-21 adalah langkah yang perlu diambil. Kurikulum yang lebih fleksibel dan berbasis pada pemecahan masalah, serta penggunaan teknologi untuk pembelajaran mandiri, akan membantu siswa mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam PISA. Selain itu, perlu ada peningkatan dalam pelatihan guru agar mereka dapat mengadaptasi metode pembelajaran yang lebih efektif dan relevan dengan perkembangan zaman.
Meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia juga sangat penting. Pemerintah harus memastikan bahwa semua daerah, baik perkotaan maupun pedesaan, memiliki akses yang setara terhadap fasilitas pendidikan yang memadai, baik dalam hal sarana prasarana maupun penggunaan teknologi. Ini termasuk penyediaan perangkat komputer dan koneksi internet yang stabil, serta pelatihan untuk guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat pembelajaran. Pemerataan pendidikan akan membantu menciptakan kesempatan yang setara bagi semua siswa di Indonesia untuk meraih prestasi yang lebih baik, baik dalam penilaian PISA maupun dalam kehidupan nyata.