Keteladanan Nabi Ismail AS dalam Berbakti kepada Orang Tua
Oleh Karnita
Di zaman ini, kita sering kali menyaksikan sebuah ironi yang menyayat hati: generasi muda yang begitu mudah melupakan jasa orang tua mereka, bahkan lebih buruk, ada yang sampai menyakiti hati mereka dengan kata-kata kasar, dan tak jarang, menyikapi orang tua dengan keangkuhan dan ketidakpedulian. Mungkin sebagian besar dari kita sering kali terlena dalam kesibukan duniawi yang tiada habisnya, mengejar segala yang fana, tanpa menyadari bahwa salah satu hak terbesar dalam hidup ini adalah berbakti kepada kedua orang tua. Dalam sebagian kasus, bahkan ada yang tidak segan-segan melakukan tindakan yang lebih kejam---seperti penelantaran atau bahkan kekerasan fisik terhadap orang tua yang telah membesarkan mereka dengan penuh pengorbanan. "Al-ummu madrasatun idha 'addadtaha, 'addadta ummatan thayyibatan"---Ibu adalah sekolah pertama yang akan menghasilkan umat yang baik. Namun, sayangnya banyak anak muda yang lupa akan hal ini, hingga mereka tidak tahu lagi bagaimana cara menghormati dan berbakti kepada orang tua mereka.
Kisah Nabi Ismail AS memberikan kita teladan yang sangat berharga tentang bagaimana seorang anak yang tidak hanya menghormati dan menyayangi orang tuanya, tetapi juga siap berkorban demi kebahagiaan orang tuanya. Nabi Ismail AS adalah contoh sempurna dari seorang anak yang berbakti, yang memahami betul bahwa kebahagiaan orang tua adalah kebahagiaan dirinya. Dari berbagai kisah yang ada dalam Al-Qur'an, kita dapat melihat betapa besar ketulusan dan kesetiaan Nabi Ismail kepada ayahnya, Nabi Ibrahim AS. Salah satu momen yang paling mengharukan adalah ketika Nabi Ibrahim AS menerima perintah dari Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Meskipun ini adalah ujian berat, Nabi Ismail tidak hanya menerima keputusan tersebut dengan hati yang lapang, tetapi juga siap untuk melaksanakan perintah Allah demi kebaikan ayahnya dan memenuhi keinginan Allah. Ini adalah wujud pengorbanan yang tak ternilai, berbakti kepada orang tua meski dalam ujian yang sangat berat.
Pada saat itu, Nabi Ismail AS menunjukkan sikap yang luar biasa, yaitu ketaatan dan kepasrahan kepada takdir yang ditentukan oleh Allah. Sebagai seorang pemuda, ia tidak mengeluh atau memberontak. Sebaliknya, ia menguatkan hati ayahnya yang harus melaksanakan perintah Allah yang sangat berat tersebut. "Ya abati, if'ala ma tu'mar"---"Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu" (QS. As-Saffat: 102). Ucapan ini adalah salah satu wujud keteguhan dan rasa hormat yang sangat mendalam dari seorang anak terhadap orang tua, bahkan dalam situasi yang penuh cobaan. Kisah ini mengajarkan kita bahwa berbakti kepada orang tua bukan hanya dalam bentuk kata-kata, tetapi dalam tindakan yang ikhlas dan penuh pengorbanan, bahkan ketika itu mengharuskan kita untuk melepaskan diri dari segala yang kita cintai.
Namun, dalam kenyataan sehari-hari, kita kerap kali menemui kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan teladan yang diberikan oleh Nabi Ismail AS. Generasi muda seringkali merasa tidak membutuhkan nasihat dan arahan dari orang tua mereka. Beberapa di antaranya bahkan merasa bahwa orang tua mereka sudah tidak lagi relevan dengan dunia yang mereka hadapi. Di dunia yang semakin materialistik dan individualistis ini, rasa hormat terhadap orang tua seringkali tergantikan oleh kesombongan dan keangkuhan. Mereka lupa bahwa dalam setiap jejak langkah mereka, terdapat doa dan pengorbanan orang tua yang seharusnya dihargai.
Fenomena ini semakin memperburuk keadaan ketika kita melihat betapa mudahnya anak-anak zaman sekarang melupakan kewajiban mereka untuk merawat orang tua. Banyak yang bahkan merasa lebih penting untuk mengikuti gaya hidup modern, sering mengabaikan komunikasi dengan orang tua, dan tidak jarang malah mengutamakan kepentingan pribadi di atas kebahagiaan orang tua. Padahal, seperti yang diajarkan dalam Islam, ridha Allah terletak pada ridha orang tua. Oleh karena itu, jika kita benar-benar ingin mendapatkan berkah dan ridha dari Allah, kita harus terlebih dahulu mendapatkan ridha orang tua kita.
Dalam masyarakat yang semakin terpecah ini, banyak orang tua yang merasa kesepian dan terpinggirkan oleh anak-anak mereka. Tidak jarang kita mendengar cerita tentang orang tua yang diperlakukan dengan kurang hormat, bahkan ada yang sampai dilupakan begitu saja setelah anak-anak mereka menikah dan membentuk kehidupan sendiri. Ketidaktahuan anak-anak terhadap tanggung jawab moral dan agama mereka terhadap orang tua semakin memperburuk situasi ini. Dalam hal ini, kita perlu kembali pada inti ajaran agama yang mengajarkan kita untuk selalu menghormati dan berbakti kepada orang tua, meskipun kadang kita merasa dunia kita semakin sibuk dan penuh dengan tantangan.
Lalu, apa solusi yang dapat diterapkan agar teladan berbakti kepada orang tua seperti yang ditunjukkan Nabi Ismail AS bisa kembali hidup di tengah-tengah masyarakat? Solusi pertama adalah dengan memperkuat pendidikan agama di keluarga. Orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka sejak dini tentang pentingnya menghormati dan berbakti kepada orang tua, serta memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan selalu berkomunikasi dengan penuh kasih sayang dan perhatian, serta melibatkan anak-anak dalam kegiatan yang menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang tua, baik secara lisan maupun tindakan.
Selanjutnya, kita juga harus kembali menumbuhkan nilai-nilai gotong royong dalam keluarga. Dalam keluarga yang saling mendukung dan memahami, tidak ada lagi kesenjangan antara orang tua dan anak. Anak-anak harus diajarkan untuk selalu berusaha menjadi penyemangat dan penolong bagi orang tua, baik dalam hal fisik, emosional, maupun spiritual. Dengan membiasakan diri untuk berbagi dan memberikan yang terbaik untuk orang tua, anak-anak akan terbiasa menghargai perjuangan orang tua mereka.
Selain itu, media sosial dan teknologi yang semakin berkembang juga harus dimanfaatkan untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Kampanye-kampanye positif tentang penghargaan terhadap orang tua dapat dilakukan melalui platform media sosial yang bisa menjangkau lebih banyak orang. Generasi muda harus diajak untuk menyadari bahwa penghormatan terhadap orang tua bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah kewajiban yang mulia yang akan memberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.