Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru - Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS: Sebuah Implikasi Pendidikan dalam Geopolitik Global

11 Januari 2025   21:07 Diperbarui: 11 Januari 2025   21:24 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS:  Sebuah Implikasi Pendidikan dalam Geopolitik Global

Oleh Karnita 

Pada tahun 2025, Indonesia mengukir sejarah baru dengan bergabung dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Sebuah langkah yang membawa harapan dan sekaligus tantangan, tidak hanya dalam aspek ekonomi dan politik, tetapi juga dalam dunia pendidikan yang selama ini menjadi jendela bagi masa depan bangsa. Keputusan ini mengundang pertanyaan: apakah keanggotaan Indonesia dalam BRICS, yang dipenuhi negara-negara besar dengan orientasi kekuatan baru, bertentangan dengan prinsip nonblok yang selama ini menjadi identitas politik luar negeri Indonesia?

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS membuka pintu-pintu baru bagi sektor pendidikan. Seperti seorang petani yang menunggu musim panen, Indonesia kini mendapatkan kesempatan untuk menuai manfaat dari hubungan internasional yang lebih luas. Negara-negara BRICS, dengan kekuatan pendidikan di bidang sains dan teknologi, dapat memberi akses bagi Indonesia ke program-program beasiswa, riset bersama, dan kolaborasi pendidikan yang sebelumnya sulit dijangkau. China dan India, dengan sistem pendidikan mereka yang maju, menawarkan ladang ilmu yang luas, di mana Indonesia dapat menanam benih-benih pengetahuan yang kelak akan tumbuh subur di tanah air.

Namun, sebagaimana petani yang harus berhati-hati memilih bibit yang tepat, Indonesia perlu menjaga agar tidak terjebak dalam ketergantungan pada model pendidikan luar negeri yang mungkin tidak selalu sesuai dengan kebutuhan domestik. Negara-negara BRICS, dengan fokus mereka pada teknologi tinggi dan ilmu pengetahuan, bisa membawa pendidikan Indonesia lebih maju. Tetapi, apakah pendidikan yang terfokus pada teknologi ini akan tetap sejalan dengan kebutuhan Indonesia yang harus memperhatikan keberagaman sosial, budaya, dan ekonomi yang ada? Apakah kita siap untuk mengikuti irama global yang begitu cepat, tanpa kehilangan akar budaya kita sendiri?

Pendidikan tinggi Indonesia berpotensi mendapatkan keuntungan signifikan dari keanggotaan dalam BRICS, dengan program-program pertukaran pelajar yang membuka jalan bagi generasi muda Indonesia untuk berkelana dan belajar di universitas-universitas terkemuka. Kolaborasi riset yang berkembang dapat menjadi ladang bagi inovasi yang tak hanya akan membawa Indonesia sejajar dengan negara-negara maju, tetapi juga memberikan kontribusi pada dunia. Namun, dalam setiap langkah besar, selalu ada bayangan yang perlu diwaspadai. Ketergantungan terhadap negara-negara besar dalam BRICS bisa mengurangi otonomi Indonesia dalam menentukan arah pendidikan, yang seharusnya berpijak pada kebutuhan nasional, bukan semata-mata mengikuti tren global yang bisa menjauhkan kita dari esensi pendidikan yang sejati.

Keanggotaan ini, meski menawarkan kesempatan, juga mengingatkan kita akan kompleksitas hubungan internasional yang harus dijaga. G7, negara-negara besar yang selama ini mendominasi pendidikan internasional, mungkin memandang langkah Indonesia dengan kecurigaan. Mereka yang memiliki pengaruh besar dalam dunia pendidikan melalui beasiswa dan program riset bersama mungkin akan mulai selektif dalam menjalin kerja sama dengan Indonesia. Di sinilah Indonesia harus menunjukkan keteguhan hati---agar pendidikan tetap menjadi jembatan yang menghubungkan, bukan sekadar alat politik yang membelah dunia.

Sementara itu, keanggotaan dalam BRICS dapat memberi dampak yang lebih besar bagi pendidikan vokasi Indonesia. Dalam dunia yang terus berubah, kebutuhan akan keterampilan praktis semakin mendesak. Negara-negara BRICS, terutama China dan India, dengan sistem pendidikan vokasi yang matang, bisa menjadi mitra penting bagi Indonesia dalam mencetak tenaga kerja yang terampil dan siap menghadapi tantangan global. Namun, seperti memilih jalan dalam hutan belantara, Indonesia harus memastikan bahwa sistem pendidikan vokasi yang diadopsi tetap relevan dengan kebutuhan lokal, agar tidak terjebak dalam model yang hanya berfokus pada pasar global semata.

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS membawa tantangan dalam hal pemerataan pendidikan. Indonesia, yang masih bergulat dengan ketimpangan pendidikan antara kota dan desa, harus memastikan bahwa keberagaman dalam pendidikan tetap terjaga. Jangan sampai pendidikan yang terjalin dengan negara-negara besar hanya menguntungkan segelintir orang yang memiliki akses, sementara mereka yang tinggal di pelosok tanah air tetap tertinggal. Dalam hal ini, Indonesia harus memastikan bahwa kolaborasi internasional juga membawa manfaat untuk pemerataan pendidikan di seluruh pelosok negeri.

Dengan langkah ini, Indonesia harus menghadapi kenyataan bahwa kebijakan pendidikan luar negeri harus berevolusi. Tidak lagi sekadar fleksibel, tetapi harus lebih cermat dan selektif. Keanggotaan dalam BRICS menuntut Indonesia untuk menjaga keseimbangan antara kerja sama internasional yang menguntungkan dan menjaga kedaulatan pendidikan nasional. Seperti seorang pelukis yang memilih palet warna, Indonesia harus memilih warna yang tepat untuk menciptakan gambaran pendidikan yang tidak hanya indah di mata dunia, tetapi juga memberikan makna mendalam bagi rakyatnya.

Secara keseluruhan, keanggotaan Indonesia dalam BRICS menawarkan janji besar untuk kemajuan pendidikan. Namun, janji tersebut hanya bisa dipenuhi jika Indonesia mampu berjalan dengan hati-hati, menjaga identitasnya, dan tidak terjebak dalam arus perubahan yang terlalu cepat. Pendidikan Indonesia harus tetap berpijak pada landasan yang kuat, berdasarkan nilai-nilai lokal yang dihargai, sekaligus membuka diri terhadap inovasi global yang bermanfaat. Dalam perjalanan ini, Indonesia harus menjadi pelita bagi generasi mendatang, menerangi jalan yang penuh tantangan, namun penuh harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun