Namun, saya percaya bahwa solusi yang lebih holistik harus ditemukan. Mungkin sudah saatnya kita tidak lagi terjebak pada cara lama yang hanya berfokus pada ujian sebagai tolok ukur. Seharusnya, pendidikan yang berorientasi pada karakter dan keterampilan praktis harus menjadi perhatian utama. Untuk itu, asesmen berbasis kompetensi yang mengutamakan pengembangan siswa secara menyeluruh perlu dipertimbangkan sebagai alternatif yang lebih relevan di masa depan. Pendidikan bukan hanya soal menghafal soal-soal ujian, tetapi bagaimana siswa dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan yang kompleks dan penuh tantangan.
Akhirnya, kembalinya UN bukan hanya soal apakah ini adalah langkah yang tepat atau tidak. Ini adalah soal bagaimana kita melihat masa depan pendidikan Indonesia. Jika UN diterapkan dengan benar, dengan konsep yang lebih adil dan berbasis pada kompetensi, mungkin itu bisa menjadi langkah maju. Namun, jika UN hanya kembali dengan wajah lama yang hanya berorientasi pada nilai dan angka, kita mungkin hanya akan mengulang kesalahan yang sama. Wallahu a'lam.
Penulis adalah Guru SMA Negeri  13 Bandung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H