Ibtisam segera berwudlu setelah mendengar suara azan isyak. Walau belum sempurna wudlunya, ia asal saja. Masuk ke kamar mandi, buka kran air dan mulai menengadahkan kedua telapak tangan mungilnya. Tidak sampai penuh air di telapak tangannya, segera ia angkat untuk dibasuhkan ke mukanya. Ia ulangi tiga kali membasuh mukanya.
Ia tengadahkan lagi tangan mungilnya di bawah kran air, ia mengulurkan tangan kanan agar tersiram air dari kran langsung, ia julurkan tangan kanan sebanyak tiga kali sambil mengusapkan air agar merata. Tangan kirinya kini ia julurkan mengikuti tangan kanan untuk di basuh dengan air dari kran langsung.
Sambil sesekali menyengir dan menyingkapkan mukena kecilnya agar tak menutupi wajahnya, ia ambil air lagi. Kaki ini ia usapkan di kepalanya, pelan-pelan ia ulangi tiga kali agar tidak membasahi mukenanya.
Kembali ia ambil air untuk mengusap kedua telinganya, sambil mengingat bilangan ke berapa ia usap telinganya. Lalu ia julurkan kaki kanan bergantian dengan kaki kiri untuk ia basuh air di bawah kran.
Sambil senyum, ia terlihat gembira karena berhasil mengingat urutan wudlu dengan tertib dan benar. Lalu ia gelar sajadah di belakang ibunya untuk ikut solat isyak.
Terdengar ia ikut menirukan bacaan quran yang dibacakan ibunya saat rakaat pertama dan kedua. Matanya terpejam dan telinganya mendongak ke arag suara ibunya, agar ia bisa ikut menirukan bacaannya. Rasanya bangga hatinya jika bisa menirukan ibunya dengan benar.
Ibtisam memang baru belajar qiroati jilid 1, di TPQ yang tidak jauh dari rumahnya. Ibunya yang hafiz quran sengaja menitipkan Ibtisam di TPQ agar ia bisa kenal dan berkumpul dengan teman sebayanya, sepulang dari TPQ baru dilanjut mengaji kepada ibunya.
Walaupun masih balita, hafalan Ibtisam terbilang sangat cepat, mendengar dua atau tiga kali bacaan, ia bisa langsung hafal dan menirukan. Oleh ibunya ia memang belum dituntut untuk menghafal banyak, walaupun keinginannya tinggi. Menurut ibunya, biarlah ia puas bermain dulu sama teman-temannya, karena suatu saat ia juga harus mengaji sesuai dengan kemampuan dan tanggungjawabnya.
Ibtisam: "Ma, saya ikut solat isyak saja ya, ma".
Ibu: "Kenapa nggak ikut solat tarawih sekalian, nak?".
Ibtisam:"Memangnya lama ya kalau tarawih, ma?".