Mohon tunggu...
Mbedah Alam
Mbedah Alam Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Kutubut Turost

Mbedah Alam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Santet Ayat Suci

11 April 2019   14:16 Diperbarui: 11 April 2019   15:11 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehari-hari kegiatan Sulton hanya mengaji, karena lulusan pesantren, semenjak setahun lalu menikah, ia masih belum memiliki pekerjaan tetap, masih serabutan asal dapat bayaran. Hasil kerja serabutan walaupun tak seberapa tetap disukuri oleh Sulton dan istrinya, Salamah, yang sama-sama alumni pesantren tempat Sulton mondok. 

Rupanya didikan kehidupan di pesantren untuk menjadi orang yang tabah dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup benar-benar merasuk dalam hati mereka, sehingga kondisi ekonomi yang masih kelurangan tidak menjadikan mereka mengeluh. Komitmen mereka untuk menjaga dan membanhun keutuhan rumah tangga patut diacungi jempol oleh para tetangga dan teman-temannya.

Tak ada gading yang tak retak, demikian juga rumah tangga Sulton dan Salamah, deraan ekonomi yang semakin mengguncang rumah tangganya, rupanya menghawatirkan orangtua Salamah, pak haji Romli, saudagar kaya di kampungnya, yang terbiasa dengan hidup serba cukup dengan modal kerja keras dan kemandiriannya, menghantarkan pak haji Romli sebagai orang sukses dalam usahanya.

Sebagai orang tua, pak Haji Romli, merasa kawatir dengan kondisi ekonomi anaknya yang masih morat marit dan serba kurang, namun bukan watak pak haji Romli untuk dengan mudah memberikan bantuan kepada anaknya, prinsip kerja keras adalah ukurannya, siapa yang mau sukses harus mau bekerja keras secara mandiri dan tidak boleh menggantungkan kesuksesan orang tua. Sebuah prinsip yang baik demi kemandirian anaknya.

Tiga tahun berjalan usia pernikahan Sulton dan Salamah, tanda-tanda peningkatan kesejahteraan ekonomi masih belum nampak, Salamah, mulai merasa bosan dengan kondisi ekonomi keluarga, namun tak bisa berbuat banyak untuk membantu perekonomian keluarga, apalagi saat ini, ia masih memiliki anak balita yang perlu pengawan penuh darinya. 

Sulton, masih gigih berusaha dengan berbagai kemampuannya mencari celah usaha demi memeperoleh hasil yang lebih layak, karena beban hidup makin tambah dengan kehadiran si kecil.

Pak Haji Romli, mulai tidak sabar, ia mulai menggerutu dan mencemooh Sulton yang belum mampu menampakkan hasil dari usahanya yang masih serabutan. Tiap hari makin tidak kondusif, Sulton yang semula berusaha menahan emosi dirinya dari cemoohan mertuanya mulai sedikit menunjukkan keberaniaanya.

Perseteruan demi perseteruan antara menantu dan mertua kian menjadi walaupun tidak secara vulgar dan langsung, hanya bentuk sikap tidak senang yang diperlihatkan antara keduanya. Pernah suatu hari pak haji Romli minta diantar oleh Sulton bepergian ke stasiun kereta api, Sulton walau dengan hati dongkol tetap menuruti permintaan mertuanya. Dalam perjalanan, tak sepatah keluar dari mulut mereka, keduanya saling memendam perasaan dongkol.

Hari-hari berlalu, perseteruan bertambah runcing, Seolah ada persaingan yang harus menang salah satunya, tidak ada yang mau mengalah dan menahan diri, emosi setan sudah merasuk dan mempengaruhi keduanya. Sulton, sudah muak dan bosan dengan sindiran atau teguran langsung dari pak haji Romli, dalam benaknya mulai muncul bisik-bisik kejahatan untuk mencederai pak haji Romli. 

Pernah suatu hari, sulton diminta mengantar pak haji romli, dalam boncengan kendaraan, niat jahat Sulton merasuk untuk menabrakkan motornya, buntu hati dan pikirannya, hanya satu tujuannya, membuat mertuanya kecelakaan, namun gagal. Tidak terjadi apa-apa dalam perjalab tersebut. Padahal saat mengebdalikan motornya, sulton sudah dibuat menyerempet-menyerempet ke kendaraan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun