Mohon tunggu...
Karnadi Lim
Karnadi Lim Mohon Tunggu... profesional -

seorang traveller yang hobi fotografi, keseharian bekerja pada sekolah swasta di Sumatera Utara, menulis sejak masa SMA, mencoba berbagi suka duka travelling bersama dengan teman-teman semua

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Kota Tua Lijiang

18 November 2014   15:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENGUTIP Lin Yutang - seorang penulis buku “no one realize how beautiful it is to travel until he comes home and rests his head on his old familiar pillow”, saya baru merasakan maknanya ketika saya sampai di rumah, rebahan di tempat tidur, ditemani bantal kesayangan. Sekelebat perjalanan sepuluh hari terakhir seolah di-rewind sebagai pengantar tidur. Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya sampai juga, hari ini tanggal 26 Desember 2013 saya dan 2 teman lainnya akan memulai petualangan kami mengintari kota tua di Yunnan, China. Tiket Medan-Kuala Lumpur- Kunming telah dibeli sejak 6 bulan yang lalu sewaktu ada promo maskapai sejuta umat. Perjalanan bermula dari Kuala Lumpur kemudian bertolak ke Kunming, China. Untung tak dapat diraih malang tak dapat di tolak, setelah perjalanan hampir 2,5 jam tiba-tiba Pilot mengumumkan bahwa saat ini cuaca di Kunming sedang tidak baik dan Bandara Kunming saat ini sedang di tutup, pesawat kami akan di alihkan ke Nanning. Setelah perjalanan hampir 4 jam pesawat mendarat mulus di Nanning Wuxu International Airport di Cina Selatan. Bandara ini tidak ramai, tetapi cukup luas dan kelihatan sebagian besar bangunannya baru. Setelah mendarat kami tidak diperbolehkan meninggalkan pesawat, pihak maskapai sedang mengurus izin untuk keluar dari pesawat, setelah 2 jam penantian tiba juga kami diperkenankan turun dari pesawat. Begitu memasuki ruang terminal kedatangan, kesan pertama yang kami rasakan adalah kok orang-orang China disini ngk ada yang ramah ya ? mukanya ketat dan menyuruh berbaris penumpang seperti menyuruh para tahanan di penjara. Apalagi muka petugas imigrasi yang bertugas menstempel paspor nyaris tanpa ekspresi sehingga menimbulkan kesan angker, ketika itu saya sempat bercanda dengan teman, tiba-tiba petugas disana menyamperin kami dan meminta paspor teman saya, saat itu kami langsung terdiam hingga pemeriksaan imigrasi selesai. Semua perencanaan dan jadwal perjalanan berubah total, yang seharusnya malam itu juga sudah harus berada di Kereta Api menuju Lijiang ternyata tidak berjalan sesuai dengan rencana. "Venture all, see what fate brings." – (Vietnamese Proverb) seorang teman mengirimkan quote diatas untuk menghibur kami. Kami mencoba untuk tidak terikat dan terbeban dengan jadwal, deadline dan lain-lain. Akhirnya perjalanan ini kita jalani tanpa terikat jadwal, hanya melangkah sejauh mana kaki mampu melangkah. Perjalanan dilanjutkan keesok harinya dengan menumpang pesawat yang sama, di counter check in inilah nasib mempertemukan kami, ada seorang traveler asal Indonesia yang akan menuju ke destinasi yang sama, akhirnya bersekutulah kami untuk mencapai satu tujuan dengan slogan “bersekutu bertambah mutu”. Setelah menunggu 4 jam di Bandara akhirnya pesawat kami berangkat juga menuju Kunming, tiba di Kunming waktu setempat menujukkan pukul 16.40 langsung kami mencari counter tiket bus ke stasiun kereta api. Sesampainya di stasiun kereta api, kesan tidak baik masih saja terjadi saat pembelian tiket kereta api. Orang China sangat tidak mengerti yang namanya ANTRI, beberapa kali antrian kami di potong dan makin lama makin menjadi-jadi sampai akhirnya memasang siku untuk menahan dorongan dari antrian belakang, ketika sampai pada giliran kami eh petugas loketnya marah-marah dan menyuruh kita pinggir, karena tidak merasa salah dan ngk ngerti juga apa yang di katakan petugas loket kami masih ngotot bertanya hingga akhirnya mengalah karena sama sekali tidak mengerti apa yang disampaikan. Berpindahlah kami ke loket sebelah, hore kali ini petugasnya mengerti bahasa Inggris, jadilah kami berangkat malam ini menuju Lijiang. Usai makan malam, kami bergegas ke peron keberangkatan. Suasana peron jauh lebih baik dari counter tiket, tidak ada yang potong antrian, semua serba rapi dan tertib, hingga ke atas kereta. Perjalanan kereta api berjalan tepat waktu, pukul 05.00 pagi kereta memasuki stasiun Lijiang. Lagi-lagi dihadapkan dengan petugas yang kasar membangunkan kami dengan teriak-teriak, dengan setengah sadar kami bangkit mengemasi barang-barang dan segera berjalan keluar dari kereta, lagi-lagi teman saya ketiban sial karena agak lama berjalan dia kena bentak dari petugas kereta api dan pintu kereta dibanting dengan keras yang menunjukkan ketidaksenangan dari petugas tersebut. Kami hanya bisa elus-elus dada. Lijiang sendiri terdiri dari New Town dan Old Town, Old Town sendiri berdiri diatas lahan seluas 8 km yang telah berusia 800 tahun didirikan pada akhir masa pemerintahan Dinasti Song dan berkembang pada awal Dinasti Yuan. Sesampainya kami di gerbang Old Town, kami dijemput oleh pengelola Mama Naxi Guest House yang bernama Shang Wa orang Jepang yang membantu Mama Naxi, untungnya Shang Wa mampu berbahasa Inggris, jadi kami bisa mendapatkan informasi untuk tempat-tempat yang akan kami kunjungi selama di Lijiang. Kami menempati kamar di lantai 2 dengan 4 kamar tidur yang harus di tebus dengan harga 200 Yuan permalam, suasana kamar dan sekitarnya bener-bener setua sejarah old town itu sendiri, kita seolah-olah kembali ke zaman Dinasti Yuan. Hari pertama ini kami habiskan untuk keliling Old Town kemudian di lanjutkan ke Black Dragon Pool atau dalam bahasa mandarin dikenal dengan nama Heilongtan, letaknya disebelah Utara kota tua Lijiang. Bagus sekali tempatnya, ada sungai yang airnya hijau seperti Jade, ada jembatan yang kayak di film-film silat yang namanya “Suocui Bridge”. Scenarynya cakep, sayangnya sewaktu kami berkunjung itu musim dingin sehingga pohon-pohon hanya menyisakan ranting kering saja. sewaktu masuk ke dalam ada bangunan & gapura sisa jaman dulu tapi masih terawat dgn baik , kita jalan aja bablas sana sini akhirnya nembus ke Lijiang Old Town. Sewaktu balik dari Black Dragon Pool, kami singgah ke Kincir Air Lijiang yang konon katanya telah berumur sekitar ratusan tahun dan masih berfungsi sampai sekarang, di seputaran sana terdapat sebuah lapangan yang dipergunakan oleh warga lokal untuk berjualan, menjajakan burung elang untuk berfoto ataupun kuda. Selain itu sepanjang jalan dipenuhi dengan toko-toko pernak-pernik yang menawarkan kerajinan tangan khas suku Naxi. HOW TO GET THERE Untuk sampai ke Lijiang, kita harus masuk melalui Kunming, perjalanan ke Lijiang dapat menggunakan Bus dan Kereta Api, Kami memilih menggunakan kereta api malam dengan kelas sleeper, sehingga sampai di Lijiang pada pagi hari. Selain menggunakan moda transportasi diatas dapat juga menggunakan pesawat dengan harga paling murah 100 USD sekali terbang. WHAT TO DO Lijiang menawarkan keindahan yang khas, dengan kota tuanya membawa kita seakan kembali ke masa dinasti Yuan, kita dapat mengunjungi Black Dragon Pool, taman yang terletak di utara kota tua itu terdiri dari kolam yang dipenuhi pohon-pohon sekelilingnya, juga terdapat jembatan dan pagoda. Selain daripada itu, kita dapat melihat [caption id="" align="aligncenter" width="1050" caption="Kincir Air di Depan Gerbang Lijiang"][/caption] keindahan gunung salju di Yulong Xue Shan, jika tidak kuat mendaki hingga puncak 4680 m kita dapat menyaksikan Impression Lijiang di ketinggian 4000 m, selain itu juga Blue Valley yang terletak di kaki gunung Yulong menyimpan keindahan tersendiri juga. Keluar dari Kota Tua Lijiang, kita dapat mengunjungi Baisha Ol Town yang berjarak sekitar 30 menit, di Baisha kita disuguhi sisi kota lain yang lebih sepi tetapi lebih merepresentasi keadaan di masa itu. Bagi pecinta treking mungkin dapat mencoba trek Tiger Leaping Gorges, sekaligus perjalanan ke Shangrila (Zhongdian), keindahan Yunnan seakan tidak akan habisnya kita nikmati. EAT Makanan yang wajib di coba adalah daging Yak (sejenis sapi gunung) penjual daging yak mudah kita jumpai di sekitar kota tua. Selain daging kita dapat menikmati yogurt yak, serta beragam masakan khas suku Naxi, selain itu Bridge Rice Noodle (mie menyeberang jembatan) sangat populer disana. BIAYA Untuk mencapai Lijiang kita akan menumpang Kereta Api kelas Hard Sleeper dengan harga 152 Yuan, setiba di sana kita juga wajib membayar Maintanance Fee seharga 80 Yuan yang diperuntukkan konservasi kota tua. Sewa van seharian ke yulong xua shan seharga 200 Yuan, di Yulong Xue Shan kita membayar tiket masuk seharga 105 Yuan dan bus 20 Yuan, untuk naik ke puncak kita di haruskan naik cable car seharga 180 Yuan, electric car mengelilingi blue valley seharga 50 Yuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun