Mohon tunggu...
Karnada Nasution
Karnada Nasution Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana Magister PAI UIN Syahada Padangsidimpuan/Guru MTs Negeri 4 Mandailing Natal

Hobi menulis pada tahun 2022

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sebuah Persatuan atas Nama Link Bok*p

6 Januari 2023   13:42 Diperbarui: 6 Januari 2023   13:45 4222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source pict: dreamstime.com

Ya begitulah, kehidupan modern dengan segala kecanggihannya di mana banyak manusia yang menyalahkan fungsi dari pemanfaatan alat canggih yang kita sebut "gadget". Kehadiran teknologi dan informasi sebenarnya bersifat netral dalam artian ketika individunya memanfaatkan ke arah kebaikan maka alat tersebut memberikan sejuta manfaat yang besar namun sayangnya ketika digunakan ke arah negatif maka hal-hal buruk lah yang akan didapatkan. Laksana seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan antara hal baik dan buruk begitu juga dengan alat teknologi dengan kehadiran konten positif dan konten negatif.

Dewasa ini kita telah disuguhi begitu banyak platform yang bisa diunduh secara gratis di aplikasi Play Store maupun Google Play, dengan demikian kita bisa memilah dan memilih aplikasi mana yang disukai dan sesuai keinginan kita. Sebut saja, Tiktok dan Instagram misalkan. Kedua media sosial tersebut bisa dikatakan yang paling populer digunakan mulai dari kalangan muda, tua bahkan anak-anak.

Antara miris dan lucu, terkait dengan sebuah persatuan yang muncul baik di kolom komentar postingan Tiktok dan Instagram di mana mereka menyebutkan pemersatu bangsa lebih tepatnya video/link pemersatu bangsa atau kata kasarnya "Bok*p". Setiap hal-hal yang berbaur konten negatif tersebut tidak sulit untuk menemukan banyaknya komentar-komentar seperti ; minta bagi/share Link, membahas bahwa sudah liat di aplikasi Twitter, menyatakan link pemersatu dan lain-lain. 

Terkesan agak gimana, namun ya begitulah faktanya. Konten edukasi bahkan terkadang dianggap asing bahkan basi namun konten berbaur pornografi malah diincar dan diminati. Kita tidak bisa melarang akan hasrat seseorang ketika ingin melampiaskan syahwatnya dengan konten negatif seperti itu, tapi alangkah baiknya jika hal tersebut tak perlu diumbar-umbar bahkan saling berbagi Link di kolom komentar yang tentunya akan menambah jumlah manusia yang terjerumus pada perbuatan tersebut. 

Banyak ditemukan diantara mereka para pencari dan peminta link tersebut berdalih hanya bercanda atau bahkan tidak mau diusik atau dinasehati akan hal tersebut. 

Kesannya, membicarakan hal pornografi semakin dianggap hal biasa di khalayak umum. Biarlah masalah "perselangkangan" Itu jadi konsumsi pribadimu tanpa menshare link nya, karena akan semakin banyak manusia terjerumus dan tergoda dengan link yang kamu bagikan. Hentikan istilah link pemersatu bangsa, gantilah dengan kata lain yang tidak menggunakan kata bangsa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun