Mohon tunggu...
Karmila rahmadina
Karmila rahmadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Keperawatan

Mahasiswa keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Stres pada Mahasiswa: Penyebab dan Dampak terhadap Kesehatan Psikologis

28 Januari 2025   21:41 Diperbarui: 28 Januari 2025   21:41 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Karmila Rahmadina
Mahasiswa Universitas Prima Nusantara
Program Studi Keperawatan

Stres adalah respons alami tubuh terhadap tantangan atau tekanan yang dirasakan individu dalam berbagai situasi. Bagi mahasiswa, stres menjadi salah satu isu yang paling umum ditemui, terutama di tengah tuntutan akademik, sosial, dan finansial yang semakin meningkat. Mahasiswa berada dalam masa transisi menuju kedewasaan, yang tidak hanya penuh peluang, tetapi juga berbagai perubahan dan tantangan signifikan. Kondisi ini menjadikan mahasiswa sebagai kelompok yang sangat rentan terhadap stres.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan stres, dampaknya terhadap kesehatan psikologis, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk memberikan wawasan lebih mendalam tentang stres pada mahasiswa, yang diharapkan dapat membantu berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan, keluarga, dan mahasiswa sendiri, dalam menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk mengelola tekanan hidup.
Penyebab Stres pada Mahasiswa
Mahasiswa menghadapi berbagai tekanan yang dapat memicu stres, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungan luar. Berdasarkan hasil penelitian, tekanan akademik menjadi salah satu penyebab utama stres pada mahasiswa. Tuntutan akademik yang tinggi, seperti tugas yang menumpuk, ujian berjangka pendek, dan proyek kelompok sering kali membuat mahasiswa merasa kewalahan. Harapan untuk mencapai nilai tinggi dan menjaga prestasi akademik semakin memperburuk situasi, terutama di lingkungan yang kompetitif.
Selain itu, tekanan finansial juga menjadi tantangan besar bagi banyak mahasiswa, terutama mereka yang berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Biaya pendidikan yang tinggi, kebutuhan hidup sehari-hari, serta ketergantungan pada pinjaman atau beasiswa sering kali menyebabkan kecemasan yang berkepanjangan. Beberapa mahasiswa bahkan terpaksa bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan mereka, yang tidak jarang berdampak pada menurunnya konsentrasi dan energi untuk kegiatan akademik.
Tekanan sosial adalah faktor lain yang turut memengaruhi tingkat stres mahasiswa. Dalam banyak kasus, mahasiswa merasa terjebak dalam harapan sosial yang dibangun oleh keluarga, teman, atau lingkungan mereka. Keharusan untuk memenuhi ekspektasi ini, baik dalam hal prestasi maupun perilaku, dapat menyebabkan rasa cemas dan tidak percaya diri. Kehidupan media sosial juga memperburuk kondisi ini. Media sosial sering kali menampilkan standar hidup yang ideal, yang mendorong mahasiswa untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain, sehingga memunculkan rasa iri, rendah diri, atau ketidakpuasan terhadap pencapaian mereka sendiri.
Perubahan hidup yang signifikan juga menjadi salah satu penyebab stres. Selama masa kuliah, mahasiswa mengalami banyak transisi, seperti berpindah dari rumah keluarga ke lingkungan baru, menghadapi tantangan independensi, serta mengambil keputusan besar tentang karier dan hubungan. Semua perubahan ini sering kali memicu perasaan tidak pasti dan tekanan emosional yang besar.
Dampak Stres terhadap Kesehatan Psikologis Mahasiswa
Stres yang berkepanjangan atau tidak terkelola dapat memberikan dampak serius pada kesehatan psikologis mahasiswa. Penelitian ini menemukan bahwa stres berkontribusi pada munculnya berbagai gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, dan penurunan performa akademik.
Kecemasan menjadi salah satu dampak psikologis yang paling umum. Mahasiswa yang mengalami stres cenderung merasa cemas terhadap tugas dan tanggung jawab mereka, sehingga sulit untuk berkonsentrasi atau menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Kecemasan ini sering kali disertai dengan gangguan tidur, seperti insomnia, yang semakin memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Depresi ringan juga merupakan dampak signifikan dari stres. Mahasiswa yang merasa tertekan sering kali kehilangan motivasi, merasa tidak berdaya, atau menarik diri dari interaksi sosial. Dalam beberapa kasus, depresi ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan baik.
Penurunan performa akademik menjadi dampak nyata lainnya dari stres pada mahasiswa. Ketika stres memengaruhi kesehatan psikologis, kemampuan kognitif seperti konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan pengambilan keputusan juga terganggu. Mahasiswa yang stres sering kali merasa sulit untuk mengelola waktu mereka secara efisien, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan kualitas pekerjaan akademik.
Secara fisik, stres juga dapat menyebabkan berbagai gangguan, seperti kelelahan kronis, gangguan pencernaan, dan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh. Kombinasi antara dampak psikologis dan fisik ini dapat menurunkan kualitas hidup mahasiswa secara signifikan.
Stres: Antara Faktor Positif dan Negatif
Meskipun stres sering kali dianggap sebagai faktor negatif, penting untuk dicatat bahwa dalam dosis yang tepat, stres juga dapat berfungsi sebagai motivator. Stres yang positif, atau dikenal sebagai eustress, dapat mendorong mahasiswa untuk tetap fokus, mencapai target, dan menyelesaikan tugas mereka dengan baik. Dalam kondisi ini, stres memberikan dorongan energi yang membantu mahasiswa menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.
Namun, ketika stres menjadi berlebihan atau berlangsung terlalu lama, ia berubah menjadi distress, yang berbahaya bagi kesehatan mental dan fisik. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk mengenali batas toleransi mereka terhadap stres dan mengembangkan keterampilan untuk mengelola tekanan hidup.
 
 
 
 
 
Langkah-Langkah Mengatasi Stres
Untuk mengurangi dampak negatif stres, diperlukan pendekatan yang holistik yang melibatkan mahasiswa, institusi pendidikan, dan keluarga.
1. Peran Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam membantu mahasiswa mengelola stres. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah menyediakan layanan konseling psikologis yang mudah diakses. Program-program pelatihan, seperti manajemen waktu, teknik relaksasi, dan pengembangan keterampilan coping, dapat membantu mahasiswa menghadapi tekanan akademik dengan lebih baik.
Selain itu, institusi pendidikan dapat mempertimbangkan untuk mengatur jadwal akademik yang lebih realistis, dengan memberikan waktu yang cukup bagi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas tanpa merasa terburu-buru. Beasiswa dan program kerja paruh waktu yang fleksibel juga dapat membantu mahasiswa mengurangi tekanan finansial.
2. Peran Mahasiswa
Mahasiswa perlu mengambil langkah proaktif dalam mengelola stres mereka. Mengadopsi gaya hidup sehat, seperti menjaga pola makan, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup, dapat membantu menjaga keseimbangan fisik dan mental. Teknik-teknik relaksasi, seperti meditasi dan yoga, juga efektif dalam mengurangi tingkat kecemasan.
Selain itu, mahasiswa harus belajar untuk mengenali tanda-tanda awal stres dan mencari bantuan jika diperlukan. Membangun hubungan sosial yang positif dengan teman dan keluarga dapat memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan.
3. Peran Keluarga
Keluarga memainkan peran penting dalam membantu mahasiswa menghadapi tekanan hidup. Dengan memberikan dukungan emosional dan membangun komunikasi yang terbuka, keluarga dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi mahasiswa. Keluarga juga dapat membantu mahasiswa mengatasi tekanan finansial dengan memberikan bantuan atau nasihat yang sesuai.
Kesimpulan
Stres adalah tantangan besar yang dihadapi oleh mahasiswa di era modern. Faktor-faktor seperti tekanan akademik, masalah keuangan, dan ekspektasi sosial menjadi penyebab utama stres, sementara dampaknya meliputi kecemasan, depresi, dan penurunan performa akademik.
Namun, dengan pendekatan yang tepat, dampak negatif stres dapat diminimalkan. Institusi pendidikan, mahasiswa, dan keluarga perlu bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan psikologis. Program dukungan mental, pelatihan keterampilan coping, serta komunikasi yang efektif dapat membantu mahasiswa mengelola stres dengan lebih baik dan mencapai potensi penuh mereka.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya mampu mengatasi tekanan hidup, tetapi juga tumbuh menjadi individu yang lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun