Kehadiran Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, di kawasan Danau Toba pada 17-18 April lalu adalah bagian dari dukungan terhadap Geopark "Taman Bumi" Kaldera Toba (GKT) dapat lolos menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGG).
Iriana Jokowi dikabarkan menanam hariara, salah satu pohon endemis yang punya nilai historis pada suku Batak. Terdengar waktu itu bahwa direncanakan Presiden Joko Widodo akan menghadiri perayaan Paskah Nasional, 27 April 2018 di kawasan GKT, Samosir.
Harus diakui, liputan Kompas yang dikenal sebagai Ekspedisi Cincin Api, Oktober 2011, itu mampu mengungkap secara terang benderang dengan bahasa populer perihal kedahsyatan letusan Super-vulkano Toba. Toba mengubah dunia. Seiring dengan itu, isu geopark pun mulai muncul untuk pengembangan Kawasan Danau Toba, bersamaan dengan keinginan sejumlah negara, menjadi bagian UGG di pelbagai belahan dunia.
Meski demikian, pembenahan situs-situs GKT di seluruh kawasan Danau Toba terasa sangat lamban. Masalah utama selama ini adalah pemerintah seolah-olah enggan memberikan anggaran pengelolaan dan pengaktifan GKT, bahkan hingga kini. Padahal, sudah disepakati bahwa pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba itu berbasis geopark. Namun, sangat kurang komitmen dalam hal anggaran.
Kemudian tentang keterlibatan masyarakat. Tidak bisa dimungkiri bahwa keterlibatan masyarakat mengembangkan GKT dalam lima tahun terakhir dirasakan masih juga minim. Dengan kata lain, pariwisata berbasis geopark belum jadi primadona masyarakat lokal.
Padahal, pengembangan kawasan geopark itu sendiri harus dikelola masyarakat dan menyejahterahkan warga lokal sebagai pemangku kepentingan utama sebagaimana dipersyaratkan UNESCO. Karena itu, sekali lagi, pemerintah harus benar-benar memberi dukungan konkret untuk memberdayakan masyarakat.
Sebagaimana diketahui, GKT telah didaftarkan kembali kepada UGG pada 29 November 2017. Pada Juni 2018 dijadwalkan pihak UGG akan menilai kelayakan GKT untuk menjadi salah satu anggota UGG. GKT sebelumnya sudah pernah didaftarkan kepada UGG pada 2014, tetapi tidak berhasil karena dinilai belum layak dan belum matang sebagai anggota UGG.
Kita berharap agar kerinduan warga tujuh kabupaten sekitar Danau Toba dan para diasporanya menjadikan GKT sebagai UGG dapat tercapai pada tahun ini. Pemerintah harus mendukung penuh, terutama dalam hal anggaran, dan tentu juga pihak swasta lainnya.
Pada 17 April lalu Ciletuh dan Gunung Rinjani Geopark telah ditetapkan sebagai UGG, menyusul dua geopark global sebelumnya di Indonesia, yakni Batur dan Sewu Global Geopark. Semoga GKT segera ditetapkan sebagai geopark global berikutnya.
Karmel Simatupang
Dosen Universitas Sari Mutiara Indonesia, Medan