Bagi wisatawan yang melakuÂkan aktivitas geowisata, akan menÂdapat pengetahuan baru tenÂtang nilai dari sebuah batuan geoÂlogi yang memiliki sejarah keterÂkaitan dimana bumi dipijak. Disini lah peran warga lokal sebagai tour guide lokal. Seperti di Bakara, Baktiraja, wisatawan akan menÂdaÂpat wisata budaya, sebab Istana dan kelahiran Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII, adaÂlah Bakara.
Geowisata dikelola secara seÂtaÂra: dari, oleh dan untuk warga. Dalam geowisata, berarti aktiviÂtasnya harus sesuai dengan prinÂsip-prinsip pelestarian lingkuÂngan. Model penginapan di lokasi, juga mesti menyiapkan rumah-ruÂmah penduduk sebagai home stay. Makanan dan minuman seÂsuai kuliner lokal. Moda transporÂtasi meminimalkan kendaraan berÂbahan bakar.
Geowisata Bakara, hanyalah salah satu sudut mungil kecantiÂkan Danau Toba dari suatu geoÂarea. Ada banyak lokasi lain yang cocok dijadikan geowisata, seÂperti geowisata Muara-SibanÂdang, Porsea, Haranggaol dan PuÂlau Samosir seluruhnya. Masing-masing geoarea ini, punya cerita masing-masing terkait situs-situs geologi dan budaya yang hidup.
Favorit Masyarakat ASEAN
Tidak berlebihan Geowisata Toba disebut destinasi favorit ASEAN, karena semua lengkap. Panorama alam, danau di atas danau, pulau di atas pulau, keÂanekaragaman kondisi geologi serta Budaya Batak yang sangat khas.
Hanya saja selama ini tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terkesan dipetiesÂkan. Diperparah dengan kerusakÂan lingkungan danau sekitarnya. Akibat aktivitas korporasi asing seperti PT. Aquafarm, PT. Japfa dan PT. Allegrindo Nusantara yang menÂcemari Danau Toba.
Inilah momen yang tepat, menghidupkan lampu penyelaÂmatan Danau Toba secara komÂprehensif. Semua bertanggung jaÂwab. Menyalakan optimisme, rentang waktu 10 tahun mendaÂtang, warga Toba sudah menikÂmati kesejahteraan dan lingkungÂan hidup berkelanjutan.
Konsep maritim PemerintahÂan Jokowi untuk menjadikan keÂpulauan nusantara sebagai poros maritim dunia, hendaknya diteÂrapkan hingga ke Danau Toba. Sebab sebagai danau vulkanik terbesar dunia dan terluas di Asia Tenggara dia pasti menarik. BaÂgaimana memanfaatkan segala poÂtensi Geopark Kaldera Toba unÂtuk kepentingan nasional, bukan kepentingan korporasi asing.
Menjadikan Bandara Silangit, Tapanuli Utara menjadi bandara InÂternasional harus mendapat ekÂseÂkusi cepat. Demikian juga inÂfrastruktur darat dan pelabuhan yang menghubungkan seluruh KaÂwasan Danau Toba. Jalan Tol Medan - Kualanamu - Tebing Tinggi, harus di teruskan hingga Parapat, Danau Toba. Kita bersyukur, bahwa Pemerintah pada awal tahun ini telah mengangendakan untuk mewujudkan Danau Toba sebagai tujuan wisata kelas dunia.
Sehubungan dengan itu, pemerintah dalam waktu dekat akan membentuk Badan khusus, yakni Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (BODT). Saat ini, draf Peraturan Presiden tentang BODT sudah beredar dan mendapat respon beragam di kalangan masyarakat. Tentu, BODT ini sangat strategis untuk kemajuan Danau Toba kedepan. Namun, perlu digaris bawahi, BODT harus benar-benar menyentuh pokok persoalan kepariwisataan Danau Toba yang jongkok prestasi selama ini: keterlibatan masyarakat lokal sebagai stakeholder utama. Perlu diingatkan, kepariwisataan sangat terkait dengan kualitas lingkungan Kawasan Danau Toba sekitarnya. Karenanya mustahil, Danau Toba wisata kelas dunia jika air danau kotor serta lingkungannya dirusak.
Dengan demikian, kebijakan mewuÂjudÂkan Geowisata Toba Destinasi Favorit ASEAN, haruslah agenda bersama sebagai aset nasional untuk bersaing secara internasional. Indonesia tidak boleh kalah bersaing dalam pasar bebas masyarakat ekonomi ASEAN, itu akan dibuktikan jika pemerintah serius mengeÂlola kekuatanya.