Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tiga Sekawan Tak Terpatahkan (Nyawa Sahabatku Terselamatkan) 14

19 Maret 2016   17:28 Diperbarui: 19 Maret 2016   17:41 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pak RT berkata :“ Kami salut dengan tekad adik-adik ini, belum pernah aku mendengar remaja seumuran adik-adik ini berjalan dari Magetan sampai Tawangmangu malahan ini membawa sepeda lagi, patut diacungi jempol.” pak RT Gampingan sangat menyanjung kami bertiga membuat hati kami berbunga-bunga, kemudian pak RT tanpa aku duga bertanya:“ Lha adik ini bagaimana bisa matanya bengkak sebelah, apa tidak sakit dalam perjalanan, apa sudah diobati?”

Mendapat pertanyaan yang tidak pernah kusangka seperti itu dengan kaget dan dengan terpaksa dan malu aku menjawab:“ Disengat Kumbang Hitam pak.” mudah-mudahan pertanyaan tidak diteruskan dalam hatiku.

Pak RT berkata lagi:” Bagaimana Kumbang Hitam itu menyengat kalau tidak merasa terganggu, coba aku ingin mendengar ceritanya, karena jarang kumbang hitam menyengat manusia, apalagi didaerah antara Cemorosewu-Tawangmangu yang semuanya tidak pernah terjadi bisa saja menjadi kenyataan, ya seperti kumbang tadi. Ini pasti ada kesalahan.” pak RT mulai serius mendengarkan jawabanku.

Dengan terpaksa aku menjawab secara terus terang:” Begini pak, kala itu kulihat hamparan bunga Mawar Tumpuk berwarna merah tua begitu indahnya bagaikan padang bunga begitu luasnya, letaknya setelah turun dari Tawangmangu kisaran 3 jam perjalanan menurun dengan menuntun sepeda, aku ingin minta setangkai saja untuk kuselipkan ditelinga kananku melengkapi topiku. Tak seorangpun penjaga kebun bunga itu untuk kumintai ijin, juga tidak kulihat Kumbang Hitam tersebut. Entah bagaimana kejadiannya, setelah sepeda kusandarkan di pagar kebun bunga itu, akhirnya aku petik juga setangkai bunga mawar tumpuk itu di bagian pagar yang berbatasan dengan kebun bunga, bukan di bagian dalam kebun. Baru saja kuselipkan ditelinga, seekor kumbang hitam menghampiriku, kemudian aku usir dengan mengibas-ibaskan topiku. Kumbang hitampun pergi. Ketika aku mengambil sepeda dengan kedua tangan memegangi stir, kumbang hitam datang langsung hinggap di alis mata kananku, menyengat, aku tidak bisa mengusir karena kedua tanganku berpegang pada stir sepeda. Ya sudah apa hendak dikata, aku menerima sengatan kumbang itu dengan pasrah, minta ampun sakitnya. Kedua sahabatku ini bukan menolong malah menterwakan aku pak, dikira aku bohongan.” kami berempat kemudian tertawa semua, suasana menjadi semakin hangat.

Kemudian pak RT menukas lagi sambil menuang teh, penuh selidik:“ Apa sudah diobati? Kelihatannya agak mengkhawatirkan.” jawabanku kayaknya belum memuaskan hati pak RT, sehingga pertanyaan diobati diulangi lagi.

Aku menjawabnya:” Sudah pak, ya kugosok dengan bunga itu obat penawarnya, tanganku sudah sering aku sengatkan kepada tawon madu, tetapi kalau kusengatkan kepada kumbang belum pernah, kumbang terlalu besar jadi aku takut, sekarang bengkaknya sudah mengecil dan sakitny sudah gak terasa paling besuk pagi sudah sembuh pak.” pada hal aku tidak mau diobati takut disentuh tangan tentu saja sakit, aku sendiri saja jarang meraba.

Pak RT berkata lagi:“ Melihat kejadian demikian sesungguhnya ada sesuatu yang ganjil menurutku, kenapa kumbang tidak mengisap madu pada hamparan bunga itu, adik hanya memetik satu tanpa ijin pemilik karena memang tidak ada penjaga atau pemiliknya berarti mengambil milik orang lain tanpa ijin dan kumbang merasa terganggu. Apa ada sesuatu hal yang ganjil lainnya yang adik-adik rasakan selama perjalanan melewati Sarangan Cemorosewu, Tawangmangu sampai di tempat bapak ini?” pertanyaan penuh selidik.

Mendapat pertanyaan seperti itu langsung saja kuinjak kaki Bibit dan Bambang, karena aku duduk di bagian tengah kursi yang memuat tiga orang itu dengan maksud aku saja yang menjawab:” Tidak ada pak, ya mungkin ini salah saya saja.” aku takut kalau mereka berdua terpancing dengan menceritakan ketika mandi di Tawangmangu di malam hari, atau ketika Bambang jatuh atau malahan menceritakan Bambang berani-beraninya sebagai penantang Penunggu Gunung Lawu, salah-salah kami diminta meninggalkan rumah pak RT malam ini juga.

Pak RT berkata:” Wah tanpa terasa obrolan kita yang belum selesai jarum jam sudah menunjukan angka 01.00, maka adik-adik kupersilahkan tidur, tempat sudah kami persiapkan. Sebetulnya masih ada suatu pertanyaan yang belum terjawab sepenuhnya sehubungan dengan kumbang tersebut, pasti ada yang rangkaian kejadian berikutnya.” Pernyataan pak RT tersebut sangat membekas dihati kami bertiga; terutama bagiku kata-kata “pasti ada rangkaian kejadian berikutnya” sangatlah mengganggu.

Bambang kemudian menjawab:” Terima kasih pak, selamat tidur.” kami berempat mulai berdiri. Dalam hatiku berkata, baru sekarang kami bertiga dianggap orang, ditanyai, karena selama 5 hari kami belum pernah bertegur sapa dengan orang selain kami bertiga. Tepat jam 01.00 kami dipersilahkan tidur oleh Pak RT Gampingan, karena melihat kami bertiga sinar matanya sudah mulai redup, ngantuk.

Seperti biasa aku selalu tidur di tengah, maklum aku dilahirkan sebagai anak ragil, jadi aku selalu minta tidur ditengah. Aku bicara pelan-pelan agar tidak berisik karena sudah larut malam takut mengganggu keluarga pak RT:” Kita ini memang gak punya udel kok, kayak kuda. Gak punya rasa lelah. Berhari-hari jalan naik turun bukit dengan mendorong sepeda tak merasa lelah, ee masih jalan-jalan lagi sekian lamanya, benar-benar keterlaluan hehehe...” ucapku sambil tersenyum memancing jawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun