Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bu Susi Tolong Lunasi Hutang Kami....

7 Maret 2016   23:11 Diperbarui: 7 Maret 2016   23:49 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kapal diledakkan, repro: Reuter via BBC Indonesia"][/caption]Bu Susi, utang luar negeri yang aku kutip dari CNN Indonesia per 19 Jan 2016, bahwa utang seluruh rakyat Indonesia Rp.1.916T atau US$ 137,8M per Nov 2015, (utang Swasta Rp. 2.319T atau US$ 166,8M.) rasanya muskil utang negaraku ini bisa lunas, dan siapa pun pemimpinnya pasti akan menambah utang luar negeri pemerintah. 

Walau ada angsuran terhadap utang luar negeri namun jumlahnya tak sebanding dengan tambahan utang luar negeri. Ibarat lebih besar pasak dari pada tiang, ibarat gali lubang tutup lubang, kita sudah terikat bantuan. Nama halusnya sih bantuan tetapi tetap saja kita harus mengembalikan termasuk dengan interestnya.

Aku sudah menoleh ke Pulau Sumatera penghasil minyak tetapi rasanya tidak terlalu bisa diharap karena kebutuhan minyak dalam negeri masih ditambah impor padahal dulu ladang ladang minyak kita hasilnya sebagian bisa diexpor dan kitapun saat itu ikut menjadi anggota OPEC, negara pengexpor minyak. Belakangan kita keluar dari OPEC karena malah menjadi pengimpor minyak. Itulah jaman.

Aku juga menoleh Pulau Bangka yang konon penghasil timah agar tambang timahnya mampu untuk melunasi utang tetapi disana sudah bolong bolong daerahnya. Karena bekas tambang itu dibiarkan begitu saja. Persis seperti daerah tidak bertuan.

Kemudian aku menoleh ke Kalimantan Timur terutama di bagian Timur yang dulu di tahun 1972 aku pernah bekerja di perusahaan kayu gelondongan, juga sesudahnya itu aku bekerja di migas perusahaan asing, ternyata hutan itu sudah tidak ada hasil kayunya lagi, karena saat itu negara kita membolehkan expor kayu gelondongan tanpa reboisasi yang memadai. Juga disana Kalimantan Timur tempat perusahaan minyak dan gas bumi, tetapi kebutuhan migas dalam negeripun harus ditambah impor, karena tidak mencukupi. Tinggal sekarang yang aku lihat Batu Bara, bisa enggak ya buat melunasi utang luar negeri yang sudah berjibun. Tanah disana sudah mulai bolong bolong layaknya Pulau Bangka. Rusaklah lingkungan Kalimantan Bagian Timur akibat penambangan batu bara.

Aku menoleh juga ke Sulawesi atau orang asing lebih mengenal dengan nama Selebes, disana ada tambang Nikel, tetapi 100% bukan milik negara atau BUMN.

Sekarang aku menoleh ke Papua yang dulu aku mengenali bernama Irian Barat kemudian Irian Jaya terakhir oleh Gus Dur dinamakan Papua. Rasanya hasil Papua yang mencolok saat ini hanya tambang tembaga dan emas, tetapi milik Freeport. Bukan sepenuhnya milik BUMN kita. Seandainya sudah jadi milik kita jangan jangan sudah mendekati habis.

Kutoleh semua kekayaan alam terutama migas negeri kita dipergunakan kebutuhan dalam negeri untuk penduduk yang jumlahnya 250Jt, jumlah yang bukan sedikit, bila dibanding dengan Negara Teluk penghasil migas yang memiliki penduduk tidak sebanyak Indonesia.

Sementara mereka yang di Senayan gaduh terus belum pernah berpikir bagaimana mencari jalan keluar lunasnya utang negeri tercinta ini. Sibuk dengan urusannya masing masing, sampai sampai saking sibuknya ada yang berurusan dengan KPK. Sementara di kabinet juga sudah mulai gaduh. Lantas siapa yang mau berpikir melunas utang yang sangat memberatkan kehidupan rakyat kecil.

Maunya kami rakyat kecil itu utang bisa lunas, tetapi dengan pelunasan yang benar benar bersumber dari kekayaan alam yang dikuasai pemerintah. Rakyat kecil tidak mau berpikir yang muluk muluk dan terlalu banyak berteori, malah tidak lunas lunas hanya berdebat terus, kapan lunasnya malah tiada jelas.

Kalau RI gak punya utang LN kan enak, tingkat laju inflasi kecil sekali atau mungkin tidak ada inflasi, sehingga orang hidup di hari tua tenang, bisa menabung. Bukan seperti sekarang ini, menabung di saat muda, begitu sampai di hari tua uangnya gak ada nilainya. Akhirnya hidup di hari tua menjadi was. Layaknya Jepang atau Arab Saudi yang tidak ada inflasi konon dari dulu harga minuman kopi panas sampai saat ini masih sama 1 Real, karena gak ada inflasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun