Mohon tunggu...
Karman Mustamin
Karman Mustamin Mohon Tunggu... profesional -

Achieved a certificate from Jim Russell Racing Drivers School (JRRDS) at Donington Park, in 1993 and held a single seated racing drivers licensed from Royal Automobile Club (RAC), UK.\r\nFounder Smart Driving Institute (SDI). SDI particularly motivating and learning to the road user how to come as a low risk drivers and also develop their driving behavior.\r\nFollow me on twitter: @karman_mustamin

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Nyawa Anda Selebar Tapak Sepatu

26 September 2011   16:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:36 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_137592" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Sumber: Shutterstock)"][/caption]

Kalau ada yang bertanya; “Merek dan jenis ban apa yang terpasang di mobil Anda?” Mungkin, sangat sedikit yang langsung bisa menjawab dengan spontan. Tapi kalau pertanyaannya diubah; “Merek dan jenis apa head unit untuk sound system di mobil Anda? Berapa kekuatan power amplifiernya? Berapa jumlah speaker seluruhnya di kabin?” Saya yakin, banyak yang bisa menjawab dengan cepat dan tangkas.

Ini lumrah, karena perangkat audio di mobil, bagi sebagian orang sangat penting untuk menemani sepanjang perjalanan. Lebih dari itu, perangkat audio juga terkadang menjadi simbol dan kebanggaan dalam pergaulan antar-sesama pemilik mobil. Tak heran, pemilik mobil rela mengeluarkan kocek hingga puluhan juta rupiah demi sarana hiburan di kabin yang kondang dengan istilah ICE (In Car Enterteinment) ini.

Baiklah, tidak ada larangan untuk itu. Tapi, cobalah suatu ketika mengamati keempat roda mobil Anda di saat sedang parkir. Roda itu, dilapis oleh karet bernama ban. Apa yang bisa terlihat? Tak lain dari empat titik di atas permukaan lantai parkir yang menyangga badan mobil. Keempat titik ini bila diukur, seluruh permukaannya yang bersentuhan dengan lantai atau permukaan aspal, tak akan lebih lebar dari lebar tapakan sepasang sepatu Anda.

Soal ban, terkadang menjadi hal yang disepelekan, bahkan terlupakan sama sekali. Kalau pun mendapat perhatian, sekadar memolesnya dengan semir khusus agar tampak bersih dan mengilap. Padahal, bicara tentang keselamatan, persentuhan atau kontak antara tapakan ban dengan permukaan jalan inilah yang menjadi faktor utama. Anda berakselerasi dengan menekan pedal gas, ban yang bertugas mendorong mobil. Anda mengerem, ban pula yang berfungsi menahan laju mobil.

Kontak tapakan ban yang lebih kurang seluas tapakan sepatu itu, pun masih berubah-ubah. Di saat mobil bergerak lurus, kontak terjadi pada bagian tengah ban. Namun, makin laju mobil Anda, luas kontak tapakan juga makin mengecil. Akibatnya, daya rekat ban ke permukaan jalan atau aspal juga ikut menurun.

Di saat mobil bergerak membelok atau menikung, kontak dengan permukaan jalan berpindah ke bagian sisi luar tapakan ban. Inilah situasi yang sangat kritis. Karena selain lebar permukaan kontak ikut mengecil, ban juga mendapat beban tambahan. Yakni, menahan bobot mobil akibat gaya lateral. Celakanya, tugas berat itu justru nyaris bertumpu hanya pada dua roda. Artinya, nyawa Anda kini tergantung pada kontak ban dengan luas permukaan lebih kecil dari tapakan sebelah saja sepatu Anda, bukan lagi sepasang.

Ban sendiri, didesain terdiri atas beberapa jenis dan tipe. Di Indonesia, jenis ban umumnya dirancang untuk pemakaian dua musim. Jadi, tak perlu risau dan repot melakukan penggantian dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Namun, yang paling penting dipahami adalah performa ban itu sendiri yang terwakili antara lain melalui speed symbol (simbol kecepatan) dan load index (indeks beban). Jadi, berdasar pada kedua hal itu, sebaiknya Anda menanyakan ke toko penjual, performa ban yang bagaimana yang sesuai dengan model dan tipe mobil Anda.

Selain itu, performa ban yang optimal ditentukan pula oleh faktor-faktor yang berlaku universal. Sebagai contoh, tekanan angin ban yang direkomendasikan. Informasi ini, bisa Anda dapatkan dari spesifikasi mobil yang Anda miliki. Umumnya, tekanan angin ban tertera pada sticker yang terpasang di pintu sisi pengemudi. Besarannya bervariasi, tapi angkanya berada di sekitar 30 psi.

Rekomendasi tekanan angin ini, sangat penting diikuti dengan cermat. Kalau pun ada toleransi, misalnya beban mobil yang bertambah karena jumlah penumpang banyak, tekanan angin ban tak masalah dilebihkan 2 psi atau 3 psi. Tekanan angin yang berlebihan tidak akan membuat ban meletus. Tapi sebaliknya, tekanan angin yang kurang, sangat sering mengakibatkan ban pecah.

Hal lain, soal ketebalan kembangan ban. Untuk hal ini, pabrikan mobil juga sudah memasang tanda batas minimum ketebalan kembangan ban yang direkomendasikan. Tanda dimaksud bisa ditemukan pada sisi dinding ban berbentuk segi tiga atau berupa tulisan TWI (Thread Wear Indicator).

Apa yang ditunjuk oleh segiti tiga atau tanda TWI ini, akan ditemukan di antara kembangan ban. Yakni, berupa tonjolan pada alur kembangan. Letaknya, berada dalam satu garis lurus pada tapakan dengan tanda segi tiga atau TWI di bagian dinding ban tadi. Bila kembangan ban sudah sejajar dengan permukaan tonjolan dimaksud, itu artinya sudah waktunya Anda mengganti ban.

Aha…, tapi kembangan ban kan masih bisa disiasati? Sering melihat penjual ban bekas yang memakai alat khusus untuk memperdalam lagi alur kembangan ban? Bagaimana kalau ditempuh cara itu?

Jangan terkecoh dan salah kaprah. Alur kembangan ban, sebenarnya memiliki fungsi utama untuk mengurai lapisan air di permukaan jalan dan membuangnya dengan cepat. Itu sebabnya, lapisan air tersibak dan tidak menjadi pelapis yang licin antara tapakan ban dengan permukaan jalan.

Soal kemampuan daya cengkram dengan permukaan jalan sendiri, ditentukan oleh sejenis bahan ban yang disebut karet compound. Kembangan ban, terdiri atas karet compound ini. Dan batas yang menandakan karet compound ban sudah habis, ditentukan dari tonjolan TWI tadi. Jadi, kalau pun ban diukir lagi sehingga alurnya kembali dalam, kemampuan cengkramannya sudah jauh berkurang.

Bila Anda berpikir membeli ban bekas seperti ini untuk berhemat, memang ada benarnya. Ban bekas yang diukir ulang, harganya mungkin hanya 25% dari harga ban baru. Namun, Anda sesungguhnya sudah menabung 75% untuk mengongkosi kedatangan malaikat pencabut nyawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun