Mohon tunggu...
Karman Mustamin
Karman Mustamin Mohon Tunggu... profesional -

Achieved a certificate from Jim Russell Racing Drivers School (JRRDS) at Donington Park, in 1993 and held a single seated racing drivers licensed from Royal Automobile Club (RAC), UK.\r\nFounder Smart Driving Institute (SDI). SDI particularly motivating and learning to the road user how to come as a low risk drivers and also develop their driving behavior.\r\nFollow me on twitter: @karman_mustamin

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Tips Hari Ini (1): Mitos ABS

6 September 2011   16:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:11 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sewaktu ABS (Anti-lock Braking System) pertama kali diperkenalkan, cukup banyak cerita lucu yang terekam di seputar teknologi ini. Seorang pengemudi misalnya, sangat kaget ketika merasakan pedal rem mobilnya seakan bergetar ketika melakukan pengereman. Padahal, gejala itu tak lain pulse atau denyut piston pada caliper yang bekerja menekan dan melepas jepitan pada cakram rem. Si pengemudi pun seketika memvonis, bila rem mobilnya kurang pakem.

Yang fatal dan bolehlah dianggap tidak lucu, seorang pengemudi dengan mobil yang dilengkapi rem ABS, melaju kencang di sebuah ruas jalan yang ramai pedestrian. Ketika ditegur oleh penumpang di sebelahnya agar berhati-hati, dengan santai si pengemudi bilang; “Tenang, mobil ini pakai ABS. Kalau ada apa-apa, akan langsung berhenti begitu rem diinjak.”

ABS, memang merupakan teknologi otomotif yang berfungsi meningkatkan aspek keselamatan. Sayangnya, masih banyak pengemudi kurang memahami keunggulan fitur ABS ini. Bahkan lebih percaya kepada mitos yang terkadang tak berdasar.

Pada mobil yang dilengkapi rem ABS, jarak pengereman justru bisa lebih jauh dibandingkan dengan mobil non-ABS. Ini bila bicara pada kondisi yang sama terhadap varian-varian yang mempengaruhi jarak berhenti atau stopping distance. Yang membedakan, dengan bantuan rem ABS Anda tetap bisa mengarahkan kendaraan di saat melakukan pengereman karena roda-roda tidak mengunci.

Untuk mobil non-ABS, roda-roda mobil akan mengalami gejala terkunci atau (lock) yang menimbulkan gejala skid ketika pengemudi menginjak pedal rem. Terlebih bila tekanan dilakukan sangat kuat. Misalnya, pada situasi emergency atau panic braking. Pada saat itulah, terjadi pergesekan yang konstan antara ban dengan permukaan lintasan. Proses ini menghasilkan daya hambat atau resistensi lebih besar terhadap laju pergerakan mobil. Maka bisa dimengerti, bila stopping distance mobil non-ABS akan lebih pendek ketimbang mobil dengan rem ABS.

Walhasil, yang bukan termasuk mitos adalah, bila mengemudikanmobil yang dilengkapi rem ABS, Anda hanya perlu mengingat tiga unsur tindakan dalam situasi emergency. Yakni, apa yang dikenal dan dipopulerkan oleh Smart Driving Institute dengan istilah 3S; Stomb, Stay and Steer. Maksudnya, lakukan tekanan maksimum pada pedal rem, biarkan kaki Anda terus pada posisi demikian di pedal rem dan lakukan olah kemudi untuk menghindar dari tabrakan.

Pertanyaan di seputar rem ABS, bisa langsung mention ke twitter: @karman_mustamin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun