Sewaktu ABS (Anti-lock Braking System) pertama kali diperkenalkan, cukup banyak cerita lucu yang terekam di seputar teknologi ini. Seorang pengemudi misalnya, sangat kaget ketika merasakan pedal rem mobilnya seakan bergetar ketika melakukan pengereman. Padahal, gejala itu tak lain pulse atau denyut piston pada caliper yang bekerja menekan dan melepas jepitan pada cakram rem. Si pengemudi pun seketika memvonis, bila rem mobilnya kurang pakem.
Yang fatal dan bolehlah dianggap tidak lucu, seorang pengemudi dengan mobil yang dilengkapi rem ABS, melaju kencang di sebuah ruas jalan yang ramai pedestrian. Ketika ditegur oleh penumpang di sebelahnya agar berhati-hati, dengan santai si pengemudi bilang; “Tenang, mobil ini pakai ABS. Kalau ada apa-apa, akan langsung berhenti begitu rem diinjak.”
ABS, memang merupakan teknologi otomotif yang berfungsi meningkatkan aspek keselamatan. Sayangnya, masih banyak pengemudi kurang memahami keunggulan fitur ABS ini. Bahkan lebih percaya kepada mitos yang terkadang tak berdasar.
Pada mobil yang dilengkapi rem ABS, jarak pengereman justru bisa lebih jauh dibandingkan dengan mobil non-ABS. Ini bila bicara pada kondisi yang sama terhadap varian-varian yang mempengaruhi jarak berhenti atau stopping distance. Yang membedakan, dengan bantuan rem ABS Anda tetap bisa mengarahkan kendaraan di saat melakukan pengereman karena roda-roda tidak mengunci.
Untuk mobil non-ABS, roda-roda mobil akan mengalami gejala terkunci atau (lock) yang menimbulkan gejala skid ketika pengemudi menginjak pedal rem. Terlebih bila tekanan dilakukan sangat kuat. Misalnya, pada situasi emergency atau panic braking. Pada saat itulah, terjadi pergesekan yang konstan antara ban dengan permukaan lintasan. Proses ini menghasilkan daya hambat atau resistensi lebih besar terhadap laju pergerakan mobil. Maka bisa dimengerti, bila stopping distance mobil non-ABS akan lebih pendek ketimbang mobil dengan rem ABS.
Walhasil, yang bukan termasuk mitos adalah, bila mengemudikanmobil yang dilengkapi rem ABS, Anda hanya perlu mengingat tiga unsur tindakan dalam situasi emergency. Yakni, apa yang dikenal dan dipopulerkan oleh Smart Driving Institute dengan istilah 3S; Stomb, Stay and Steer. Maksudnya, lakukan tekanan maksimum pada pedal rem, biarkan kaki Anda terus pada posisi demikian di pedal rem dan lakukan olah kemudi untuk menghindar dari tabrakan.
Pertanyaan di seputar rem ABS, bisa langsung mention ke twitter: @karman_mustamin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H