Aku adalah sebuah pulpen yang menulis diatas selembar kertas stiker, jika suatu hari nanti menghilang mungkin karena tergores atau tintaku menguap. Semua tempat memang bagus tapi jika tempat yang dipilih salah maka apa pun yang dilakukan hanya akan menghilang.
Seperti sebuah pulpen seharusnya aku menulis di atas sebuah kertas, untuk menghilangkan tulisanku seseorang harus merobek tempatnya berada sekaligus, meninggalkan kerusakan yang lebih besar, tapi sayang sekarang tempatku menulis hanyalah sebuah kertas stiker.
Dia yang terus saja kutuliskan sebuah kata-kata cinta, kasih sayang bahkan pengorbanan bukanlah sebuah kertas, jika aku hilang atau hancur maka hanya aku yang hilang dan aku yang hancur. Aku mencintainya lebih dalam memberikan semua rasa.
Seperti hari ini kami bertemu disela kesibukan kami yang membabi buta, aku sibuk dengan segala jenis pengujian di laboratorium dan dia sibuk dengan segala laporan keuangan yang dia periksa. Pertemuan kali ini kami putuskan tanpa sambungan internet, tapi kulihat dia tampak gelisah, seolah berkata peraturan bodoh apa lagi yang kau buat, kenapa menjadikanku segelisah ini.
Aku yang menyadarinya berkata padanya “buka saja handphone mu mungkin ada seseorang yang menghubungimu masalah pekerjaan, aku tak bisa berbincang dengan orang yang pikirannya tidak di sini.”
Aku pergi meninggalkan dia, aku putuskan pertemuanku dengannya adalah pertemuan terakhir, dia sangat mencintai pekerjaannya, sebenarnya aku juga mencintai pekerjaanku, tapi saat bersamanya aku lebih mementingkan dia, aku memosisikan dia atas seluruh hidupku. Mungkin memang salahku yang berharap dia melakukan hal yang sama padaku.
Dia mengejarku, menarik tanganku dan memelukku, kamu salah aku gelisah bukan karena hanphonku mati, tapi aku gelisah karena kamu mengajukan peraturan itu, aku bertanya apakah selama ini aku tidak cukup memberikanmu cinta. Mungkin memang kamu sebuah pulpen seperti tulisanmu waktu itu, tapi aku bukalanlah kertas stiker, aku menyimpan semua Tulisan cinta dan kasih sayangmu dengan baik, aku bukan kertas yang akan hancur saat kamu hancur, aku adalah kekasihmu yang akan menyembuhkanmu ketika kamu hancur.
Ceritakan semuanya padaku, keresahanmu padaku, aku menyangyangimu dengan tulus, pekerjaanku bukan cintaku yang paling tinggi. Kamu tahu aku adalah seseorang dengan sekelumit tanggung jawab, aku bekerja dari satu tanggung jawab ke tanggung jawab lain, aku bekerja karena cinta padamu, aku selalu suka membicarakan perihal apa pun denganmu, aku suka kita berbagi cerita tentang topik pekerjaan denganmu, aku mulai mencintai apa yang kulakukan karena aku melihat kamu mencintai apa yang kamu lakukan.
Jangan pergi, aku membutuhkanmu dan amat mencintaimu, jangan berpikir kamu menulis lagi, kita sedang mengukir, kita berdua adalah sebuah pahat, jalan cerita kita sedang diukir di atas sebuah batu, jangan berpikir lagi aku mengabaikanmu karena bagaimana mungkin aku mengabaikan orang sepertimu, jangan pergi ukiran kita tak akan pernah selesai jika hanya aku yang melakukannya.
Aku akan sulit melanjutkannya, atau mungkin ukiran itu akan hancur karena pahat yang satunya menggerakkan terlalu banyak energi untuk mengukir, aku mencintaimu bahkan teramat mencintaimu.
Aku terisak dalam peluknya, menangis karena kesalahpahamanku tentang cintanya.