Beberapa waktu lalu saya dan keluarga sarapan di dua tempat  berbeda dan mengalami kejadian yang sama yaitu saya menemukan koran bebentuk lembaran kertas atau koran fisik yang disediakan oleh tempat dimana kami sarapan.
Buat saya tentu menyenangkan karena bisa bernostalgia membaca berita lewat koran dan saya sangat menikmatinya. Aroma koran yang khas, mencari sambungan dihalaman lain---bersambung ke hal...kol...---membolak-balikan kertas yang cukup besar lalu melipatnya kembali, walau ada yang mengurangi keasyikan membolak balikkan koran yaitu tangan hitam karena tinta yang menempel tetapi tidak mengurangi keseruan membaca koran fisik tidak tergantikan oleh berita online.
Dalam era digital ini, kita telah menyaksikan transformasi luar biasa dalam industri media. Koran fisik yang telah ada selama bertahun-tahun bersaing dengan berita online yang terus berkembang. Artikel kali ini akan mencoba melihat kesamaan dan perbedaan antara dua media ini, membawa kita melampaui batas halaman untuk memahami perubahan yang terjadi dalam konsumsi berita.
Sejarah media, terutama dalam konteks perbandingan antara koran fisik dan berita online, menggambarkan evolusi yang menarik dalam penyebaran informasi dan teknologi. Berikut gambaran singkat sejarah keduanya:
Sejarah Koran Fisik:
- Koran fisik memiliki akar sejarah yang panjang, dimulai pada abad ke-17 dengan terbitnya surat kabar pertama, seperti "The Daily Courant" di Inggris.
- Pada abad ke-19, koran-koran berkembang pesat, memainkan peran kunci dalam penyebaran berita, budaya, dan politik.
- Teknologi percetakan, khususnya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg, memungkinkan produksi massal koran dan mengubah cara informasi disampaikan kepada khalayak luas.
- Koran fisik menjadi sumber informasi utama selama beberapa dekade dan memainkan peran penting dalam membentuk opini publik.
Sejarah Berita Online: