Pandemi covid-19 yang berjalan sejak 2019 banyak menghajar sendi kehidupan termasuk menghajar mental.
Walau tiap orang berbeda dalam penerimaan dan menghadapi pandemi ini tetapi tidak sedikit yang jungkir balik dan habis-habisan dalam menghadapinya.
Banyak yang kehilangan mata pencaharian, berkurangnya banyak kesempatan dalam berkarya, berusaha, dan beraktifitas, serta hal lain yang dihajar habis oleh pandemi.
Yang paling menghabiskan energi, biaya, Â dan kekuatan mental adalah saat ada yang terkena covid-19 apalagi sampai merenggut nyawa.
Awal mental mulai diserang lalu timbul kecemasan adalah saat ada yang sakit.
Saat pandemi seperti sekarang sakit flu bukan lagi dianggap sakit ringan apalagi kalau flunya sudah menggandeng demam dan sesak napas, biar aman biasanya langsung melakukan swab.
Menunggu hasil swab tes merupakan waktu yang tidak menyenangkan dan sangat mencemaskan. Setelah hasil didapat langkah lanjutannya adalah menindaklanjuti hasil swab.
Jika hasil negatif maka mental akan beristirahat dari kecemasan tetapi berbeda bila hasil yang didapat adalah positif maka kecemasan bergulung-gulung dan membesar setiap waktunya.
Puncak kecemasan adalah saat pertempuran dengan virus karena virus covid-19 ini menyerang cukup ganas hingga jika kalah bertarung nyawa taruhannya.
Kecemasan dari awal pandemi hingga sekarang mengalami pergeseran.
Awal pandemi kecemasan berpusat pada serangan virus tetapi kalau sekarang kecemasan terjadi jika melihat (kerumunan) manusia.