1.  Mengasah ketajaman menulis.
Ketajaman dalam menulis itu perlu agar proses menulis yang dilakukan lancar. Ide, tema bahasan, pemilihan kata yang membentuk kalimat yang tersusun menjadi artikel utuh harus selalu diasah.
Jika selalu diasah maka intuisi dalam menulis akan tajam juga, saya pernah menulis tentang bakat dan intuisi penulis pemula.
Seringkali ketajaman lebih cepat terasah jika mendapat kritik ---bahkan untuk kritik pedas, satire atau sindiran sekalipun--- dan saran yang membangun. Syaratnya jangan gampang baper yang malah menjadi pengerem bukan pendorong lebih giat dalam menghasilkan suatu karya dalam bentuk artikel.
 2. Penjejakan kepenulisan dengan ajek dan konsisten.
Penjejakkan kepenulisan tidak lain dengan menulis yang lalu dieksekusi untuk ditayangkan agar bisa sampai dan dibaca kompasianer.
Jadikan rutinitas agar kegiatan menulisnya ajek dan konsisten. Bukan hanya menulisnya tapi menayangkannya. Percuma juga kalau tulisan hanya dinikmati sendiri karena peningkatan memperbaiki tulisannya akan lebih lambat dibanding jika dibagikan lalu dikoreksi yang lain karena seringkali pembaca apalagi yang ilmu dan jam terbang menulisnya sudah tinggi --- saya pernah menulis cara menambah jam terbang penulis (pemula) --- pasti lebih bisa melihat celah kekurangan agar tulisan kita jadi lebih baik.
 3. Melakukan 3B (Banyak belajar, Banyak baca, Banyak menulis).
Konsep 3B ini sih sepertinya syarat yang tidak bisa ditawar jika ingin jadi penulis yang baik. Beberapa buku yang saya baca, bahkan quotes yang menjadi bahan dalam membuat tulisan terutama untuk banyak membaca dan menulis itu mau tidak mau, suka tidak suka dilakukan oleh seorang yang ingin jadi penulis.
Para ahli yang karyanya abadi pasti melewati juga tulisan gagal, Â tidak bermutu atau tidak berkualitas namun mereka tidak berhenti sampai disitu, mereka tetap menulis, memperbaiki, menaikkan kualitas hingga karyanya abadi menembus waktu bahkan sampai berabad-abad dan sampai ke tangan kita sekarang.
Jika saat ini saya baru melewati tulisan yang kurang berkualitas maka saya tidak boleh berhenti melalukan proses perbaikan dengan terus menajamkan proses menulis, penjejakkan kepenulisan dangan ajek dan konsisten dan tidak meninggalkan proses 3B (Banyak belajar, Banyak baca, Banyak menulis).
Saya harus mau melewatinya bahwa tulisan saya masih belum berkualitas, belum baik dan belum mencerahkan sebelum tulisan saya menjadi tulisan yang berkualitas, baik dan memberikan sepasang sayap kepada pembacanya untuk terbang dengan pencerahan karena semua ada waktunya.
Semoga saya bisa sampai ke jenjang tulisannya berkualitas, memiliki karya abadi dan menjadi ilmu yang bermanfaat sebagai perpanjangan amal saat ruh terlepas dari raga.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Senin 31 Desember 2018