Patah hati sekali saja mengundang nestapa, apalagi sampai berkali-kali. Walau patah hatinya hanya masalah kepenulisan tapi sakitnya sama dengan patah hati karena percintaan (padahal saya tidak mengerti tentang patah hati yang disebabkan percintaan karena tidak pernah pacaran, tapi saya bisa mengira-ngira pasti mendatangkan kelam dan muram juga).
Dalam hal yang berhubungan dengan menulis salah satu penyebab patah hati adalah jika tulisan tidak atau kurang diapresiasi seperti tulisan konpasianer lain.
Padahal hanya untuk membuat satu artikel lalu diposting sudah mengorbankan banyak hal karena proses pembuatan artikel bagi saya tidak mudah.
Pertama mengumpulkan bahan yang akan ditulis, quotes salah satu yang tidak lupa saya cari. Mencari gambar pemanis juga memerlukan waktu karena sangat jarang saat mencari gambar yang pertama ditemukan langsung di download untuk di save, saya harus memilih gambar berkali-kali sampai merasa sesuai.
Untuk satu artikel bisa menghabiskan waktu cukup lama. Sering lebih dari sejam dari awal hingga di posting. Setelah bahan terkumpul kemudian saya mulai menulis, meramu, memasak, mengemas dan terakhir menyajikan dengan mengeksekusi tulisan. Sebelum di posting saya baca tulisan berulang-ulang walau masih saja kecolongan ada tulisan yang typo.
Tulisan yang sudah diposting diharapkan banyak yang membaca, tidak lupa banyak yang memberikan vote dan komen. Saya lihat tulisan yang dibuat kompasianer banyak dan beragam, apresiasi yang didapat sangat hebat, saya pun ingin seperti mereka.
Tapi berulang kali saya mengalami tulisan saya tidak diapresiasi seperti tulisan kompasianer lain. Tulisan kompasianer lain ramai dikunjungi juga ramai di vote dan komen, sedang saya seperti orang berdagang tetapi tidak laku padahal orang banyak berlalu lalang dihadapan.
Saya lalu mengkaji apa yang salah dengan tulisan saya kok tidak sama apresiasinya antara tulisan saya dengan apresiasi yang diterima oleh kompasianer lain.
Salah satu jawabannya adalah saya terlalu terburu-buru. Maksud dari terburu-buru disini bahwa saya ingin cepat dapat apresiasi yang hebat padahal perjuangan saya untuk menulis dengan baik masih sangat sedikit. Berbeda dengan kompasianer yang mendapat apresiasi luarbiasa pasti sudah melewati perjuangan yang lama dan sulit.
Ibaratnya kalau batu bata adalah sebuah kesulitan, saya baru mengangkat untuk memindahnya dengan jumlah ratusan, sedang kompasianer yang sudah kompeten sudah mengangkat ribuan batu bata. Bisa terlihat dari grade sudah hampir sebulan grade saya masih saja debutan, sedang yang lain jangan ditanya lagi mungkin ada yang sudah grade fanatik.
Jadi yang terbaik adalah nikmati prosesnya, jika seperti menaiki tangga naiki titian anak tangga satu persatu, jangan ingin loncat dengan melewati beberapa titian sekaligus walaupun mampu. Kesempurnaan dan kematangan proses terjadi jika kita mau sabar menjalaninya dan melakukannya secara bertahap.