Ada pepatah terkenal yang sering dilontarkan dalam percakapan tentang komunikasi: "Manusia tidak bisa berkomunikasi." Dalam keberadaan manusia, komunikasi adalah proses yang konstan, mulai dari kebangkitan hingga pemulihan tidur. Baik komunikasi yang dilakukan melalui media massa, tatap muka, kelompok, atau dengan orang lain.Â
Karena cara penyampaian komunikasi menentukan dampaknya, orang harus mempertimbangkan etika ketika berbicara. Wacana ini berkaitan dengan wacana keislaman, khususnya wacana al-karimah, atau etika moral. Berbicara dengan akhlak al-karimah berarti berbicara berdasarkan Al-Quran dan hadis (sunnah Nabi).
Di dalam hadis Nabi juga, ditemukan prinsip- prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada umatnya. Â Misalnya, pertama, qulil haqqa wulaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun rasanya pahit). Kedua, Jalyakul khairan au bryarmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa diamlah).Â
Ketiga, lau takul qabla tajakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu). Keempat, Nabi memperingatkan berbicara yang baik-baik saja, "Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sama dengan sababatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir".Â
Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, "Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yaitu mereka yang menjungkirkan-balikkan fakta (fakta) dengan lidahnya seperti stekur sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya". Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang dilihat, didengar, dan dialami.
Menurut Islam, karena komunikasi merupakan komponen penting dari setiap tindakan yang kita ambil, maka komunikasi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Wacana ini berkaitan dengan wacana keislaman, khususnya wacana al-karimah, atau etika moral. Berbicara dengan akhlak alkarimah antara lain berbicara dari Al-Quran dan hadis (sunnah Nabi).
Banyak orang yang menganggap remeh bahwa komunikasi adalah hal yang lumrah dan mudah, oleh karena itu kita sering mengabaikan perlunya mempelajari teknik komunikasi yang efektif dari teman sebaya, keluarga, dan kenalan lainnya. Tanpa disadari, komunikasi yang kita lakukan telah sangat meningkatkan kehidupan kita. Namun, hal tersebut juga menimbulkan berbagai dampak negatif, perselisihan, kerugian, bahkan tragedi.Â
Masyarakat lalai mengedepankan dan menjaga etika komunikasi sehingga berujung pada hal ini. Sebagai makhluk sosial dan personal, manusia mempunyai tempat yang krusial dan vital dalam alam semesta. Karena hanya manusialah yang dikaruniai kemampuan berkomunikasi dan amanah memerintah sebagai khalifah di muka bumi oleh Allah SWT.Â
Istilah "al bayan" muncul dalam Al-Qur'an untuk merujuk padanya. Manusia mempunyai kapasitas untuk membentuk ikatan sosial. Manusia mempunyai kemampuan berkomunikasi, yang memungkinkan terbentuknya persahabatan, pemeliharaan kasih sayang, penyebaran informasi, pelestarian peradaban, dan hasil lainnya.
Dari sudut pandang Islam, komunikasi dipandang sebagai upaya untuk menciptakan ikatan horizontal---yaitu interaksi dengan orang lain---dan hubungan vertikal dengan Allah SWT (Hablumminallah) (Hablumminanas). Untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menumbuhkan karakter yang lebih bertaqwa dalam diri seorang hamba, maka ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat dan haji, dzikir, dan sebagainya mencerminkan komunikasi dengan-Nya.Â