Mohon tunggu...
Karin Na Maulana
Karin Na Maulana Mohon Tunggu... -

Usah memetakanku,kenali sj aku apa adanya.Pun tak perlu mengeja langkahku&memahamiku dlm satu sisi rupa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Seorang Pelacur Membeli Cinta

31 Agustus 2010   17:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua tahun lalu,ketika saya sedang pulang ke Indonesia,tanpa sengaja saya bertemu dengan salah seorang teman lama di sebuah swalayan kecil di dekat rumah yang akhirnya berlanjut dengan duduk di sebuah warung lesehan dekat terminal kota Blitar.Perempuan muda,cantik dengan postur dan bentuk tubuh seperti J-Lo duduk di depan saya.Untung kami sama-sama duduk jadi tidak begitu kelihatan perbedaan fisik yang mencolok diantara kami.Coba kalau berdiri apalagi sampai berjejer,sudah pasti saya akan kebanting :)) Dan dari ceritanyalah saya tahu bahwa selama kurun waktu tiga tahun terakhir sebelum pertemuan kami saat itu dia telah menjalani profesi sebagai pelayan nafsu para lelaki hidung belang. "Aku butuh uang Rin,butuh biaya untuk kelangsungan hidup keluargaku.Orang tua dan anakku butuh makan". "Loh!emang kamu sudah nikah?kok suamimu mengijinkan kamu menjalani profesi ini?"tanya saya keheranan. "Aku belum menikah.Laki-laki yang menghamiliku kabur saat mengetahui bahwa di perutku mulai tertanam benih yang dia semaikan".Jawabnya seolah tanpa beban.Tapi saya tahu,dari sorot matanya dia menyimpan sebuah dendam. saya tak bisa menyembunyikan keterkejutan saya untuk kedua kalinya.Lalu dia melanjutkan ceritanya yang membuat saya terkejut lagi untuk ketiga kali. "Belum lagi aku harus membiayai hidup pacarku yang sekarang". "Apa?kamu tahukan susahnya cari lembaran-lembaran rupiah sekarang ini?ok!bahwa alasanmu menjalani profesi ini adalah demi kelangsungan hidup orang tua dan anakmu mungkin masih bisa aku maklumi meskipun jujur aku menyesalkan pilihanmu kali ini.Tapi kamu relakan tubuhmu dinikmati para hidung belang demi untuk membiayai laki-laki yang kamu bilang pacar itu?...sungguh aku tak habis pikir".Jawab saya sambil geleng-geleng kepala. "Aku butuh seseorang yang menyayangi aku Rin,teman berbagi semua keluh kesahku,teman cerita di sela sepi dan lelahku". "Lalu apa kamu pikir pacarmu itu benar-benar menyayangimu?mencintaimu?kalau sayang dia ga akan tega makan uang hasil kerjamu seperti ini Non".sergap saya. "Lalu darimana aku mendapatkan kasih sayang?dari laki-laki hidung belang yang telah memberiku uang?laki-laki yang membeli dan make tubuhku?hahaha.Kalau laki-laki sudah memberiku uang,dia sudah merasa tak perlu menyayangiku lagi tau.Dia sudah membeliku dan bisa memperlakukanku semaunya.Lagian mana ada laki-laki yang mau menyayangi perempuan pelacur macam diriku?la perempuan baik-baik saja susah menemukan laki-laki yang benar-benar menyayangi dia sepenuh hati.Jawabnya panjang lebar diantara kepulan asap rokok yang keluar dari rongga diantara kedua bibirnya. "Lalu kamu merasa mendapatkan kasih sayang dari pacarmu yang benalu itu?tanya saya tiba-tiba seperti ingin marah. "Pacarku...aku ga peduli dia bener-bener sayang sama aku atau cuma manfaatin aku,aku ga peduli Rin.Tapi paling ga,kapan aku mau,dia ada.Kalau aku harus membayarnya untuk itu,aku rela.Semua memang butuh biaya.Orang yang ingin kepuasan dariku harus bayar.Kalau aku juga ingin mendapat kepuasan dan kasih sayang,ya bayar juga.Lagian apa sih yang gratis sekarang ini?apalagi untuk cinta.” Saya terperangah mendengar uraian dia yang terakhir itu.Bukannya seseorang yang mencintai kekasihnya dengan tulus dia tidak akan mau menerima uang sebagai balasan atas cintanya tersebut?kok terasa aneh ya jika seseorang lantas memberikan cintanya sebagai ganti atas uang yang diterimanya. Well,mungkin benar tidak ada yang gratis di dunia ini,tapi bukan berarti lantas semuanya bisa diselesaikan begitu saja dengan uang kan?Uang memang mampu membeli begitu banyak hal di dunia ini,tapi menurut saya cinta hanya bisa terbayarkan dengan cinta. Gambar:koleksi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun