Pertemuan perdana mulai dikenalkan dengan Logika pada semester ketiga, semester baru setelah lamanya menyibukkan diri dengan kata cuti kuliah.
Bapak Harry Purwanto M.I.Kom, Dosen mata kuliah pertama pada lembaran awal semeser ganjil di awal tahun ajaran baru 2023, juga Dosen wali kelas Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), yang sudah menganggap seperti anaknya sendiri.
Pada tahun ajaran baru, seakan menginetruksikan massa di kelas KPI 3A kala itu, "Stop pelihara perasaanmu, kehidupan itu logika!"
Realitanya, sebagaimana yang dapat diambil pemaparannya, bahwa Logika merupakan suatu pola pikir manusia yang menggunakan akalnya, bukan perasaan.
Sehingga dengan berpikir Logika, manusia dapat terhindar dari beragam pola pikir yang falance atau menyesatkan.
Bahkan, dengan Logika, juga dapat menciptakan budi pekerti nan apik. Sebab hal tersebut wujud keberadaannya berasal dari pola pikir yang menggunakan akal sehat.
Dipaparkan pula, terkait satu perumpamaan, yaitu kata Cinta. Pasalnya, dalam Logika, Cinta tiada maknanya. Dalam Logika, Cinta hanyalah berwujud perasaan belaka yang dapat menarik konsumen pada hal-hal diluar Logika.
Itulah mengapa, sering kita mendengar, ungkapan Cinta itu buta, Love is Blind. Karena dalam Logika, yang utamanya berupa pengaplikasian pola pikir manusia yang sehat pula, tidak ada ungkapan Cinta.
Apalagi hanya Cinta jelangkung yang bukan pada waktunya!
Maka dengan cabang pengetahuan Logika, tentunya nanti, harapan dapat menemukan kebenaran secara rasional akan beragam proses kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H