Latar Belakang
Kafein juga merupakan senyawa stimulan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas. Minuman kopi dan teh umumnya dipergunakan sebagai penambah semangat meningkatkan konsentrasi dan menghilangkan rasa lelah (Watson et al., 2016). Kafein adalah zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia, di Indonesia lebih dari 50% dan di Amerika Serikat diperkirakan 85% mengkonsumsi minuman berkafein sehari- hari (Mitchell et al., 2014).
Perubahan zaman,gaya hidup dan taraf ekonomi diduga menjadi hal yang meningkatkan konsumsi kafein pada masa sekarang. Selain itu,masyarakat ingin memperoleh manfaat dalam mengkonsumsi kafein seperti meningkatkan mood, mencegah kantuk, meningkatkan kewaspadaan dan kepercayaan diri yang berguna bagi keseharian dan pekerjaan mereka (Ludwig, I. A. Clifford, M. N., Lean, M. E. J. et al., 2014).
Kafein banyak dikonsumsi oleh wanita hamil, karena kafein banyak terkandung dalam minuman seperti kopi, soft drink, teh dan coklat. Konsumsi kafein selama kehamilan dapat menimbulkan hambatan pada pertumbuhan fetus karena pada wanita hamil metabolisme kafeinnya berbeda, sehingga menghambat pertumbuhan fetus. hal ini dapat dinilai dari nilai rata rata berat badan dan panjang badan fetus.
Pembahasan
Kebiasaan mengkonsumsi kafein saat masa sebelum hamil bisa saja menjadi salah satu faktor besar yang mempengaruhi sulitnya mengurangi kadar pengonsumsian pada saat hamil. Ibu yang sudah terbiasa dengan kafein setiap hari akan merasa tidak nyaman apabila berhenti mengkonsumsi kafein, padahal konsumsi kafein pada masa kehamilan memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan ibu bahkan berpengaruh pada janin.
Secara alamiah, kafein terkandung dalam kopi, teh, coklat, cola dan bermacam minuman ringan. Konsumsi kafein selama kehamilan lazim terjadi. Namun meskipun lazim ibu hamil harus bisa mengurangi konsumsi kafein demi kesehatan ibu dan perkembangan janin, pengurangan konsumsi kafein bisa dilakukan secara bertahap. Kadar konsumsi normal untuk ibu hamil adalah adalah 150-250 mg/hari atau 2 (dua) cangkir kopi/hari.
Kafein dapat memiliki dampak yang signifikan pada ibu hamil dan janin seperti terlalu banyak mengonsumsi kafein selama kehamilan dapat menyebabkan insomnia, masalah lambung, dan peningkatan keinginan untuk buang air kecil karena memiliki sifat diuretik itu sendiri yang membuat ginjal akan mengeluarkan cairan menjadi lebih banyak. Sebuah penelitian dalam Journal of Human Nutrition and Diet menyatakan bahwa mengonsumsi kafein sebanyak 250 hingga 300 mg dapat meningkatkan jumlah urin hingga beberapa hari kemudian. Kafein juga dapat meningkatkan aliran darah ke ginjal, yang akan berefek pada fungsi ginjal dalam menyerap kembali cairan sehingga akan berakibat ibu hamil mengalami dehidrasi.
Kafein juga dapat berpengaruh pada jam tidur ibu karena efek diuretik dapat menyebabkan masalah penyerapan nutrisi untuk janin. Ini mempengaruhi penyerapan zat besi yang penting untuk ibu hamil. Sehingga kafein dapat menyebabkan insomnia atau sulit tidur, yang dapat mengganggu jam tidur ibu hamil.
Kafein sebagai kandungan utama
kopi bersifat stimulan yang mencandu, kafein mempengaruhi sistem kardiovaskuler seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah, jantung berdebar- debar, sulit untuk tidur, kepala pusing, dan masalah dapat timbul dari mengkonsumsi kopi (kafein) selama hamil. Kafein dapat mengubah detak jantung bayi dan mengurangi kalsium serta air didalam tubuh, dikarenakan kafein dapat melintasi placenta sehingga meningkatkan jantung dan pernafasan janin. Selain itu kafein dapat meningkatkan hormone sres yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Hal ini dapat mengurangi oksigen dan nutrisi yang masuk bagi bayi yang dikandung (Whalley et al, 2008).
Selain adanya dampak pada saat kehamilan konsumsi kafein juga dapat berpengaruh pada janin yang di kandung seperti dapat meningkatkan resiko keguguran.
Ibu hamil yang mengkonsumsi kafein 300 mg atau lebih per hari (setara dengan 3 cangkir kopi instan atau 5 gelas teh) mempunyai risiko mengalami keguguran dua kali lipat dan berat badan bayi lahir rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi kafein. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya menghindari minum kafein selama hamil
 (Weng, X et al, 2008).
Selain resiko keguguran konsumsi kafein pada saat hamil juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah.
ibu hamil yang mengkonsumsi kafein >300 mg per hari menunjukan bayi yang dilahirkan memiliki berat 100-200 g lebih rendah dari ibu yang tidak mengkonsumsi kafein (Bech, 2007).
Berat badan lahir rendah (BBLR). Istilah ini mengacu untuk bayi lahir dengan berat 2500 gram atau kurang, BBLR dapat dibedakan menjadi tiga kategori :
 1. prematur atau prematur BBLR : lahir sebelum 37 minggu lengkap kehamilan atau dengan kurang dari 259 hari kehamilan.
2. aterm BBLR : lahir antara 37 dan 42 minggu lengkap kehamilan, atau antara 259 dan 293 hari kehamilan.
3. Postterm BBLR : lahir setelah 42 minggu atau 294 hari dari kehamilan.
Bayi BBLR dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai '' berat lahir sangat rendah '' (1000-1499 g) dan '' berat lahir sangat sangat rendah '' (500-999 g). Berbagai faktor mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin, faktor faktor itu bisa berasal dari janin itu sendiri, faktor ibu, plasenta dan faktor yang di hasilkan dari interaksi faktor faktor ini. Salah satu penyebab BBLR adalah gangguan sirkulasi plasenta akibat perubahan dari ibu, plasenta, janin dan malnutrisi intrauterin (Bernabe, 2004).
Detak jantung janin juga bisa menjadi lebih tinggi dikarenakan kafein dapat melewati plasenta dan mempengaruhi perkembangan organ pada janin. Hal ini kemudian bisa mempengaruhi detak jantung bayi, membuatnya lebih aktif. Konsumsi kafein yang berlebihan selama kehamilan dapat menyebabkan detak jantung bayi meningkat, pertumbuhan janin lebih lambat, dan meningkatkan risiko kehamilan.
Selain itu, kafein juga dapat membuat detak jantung berdebar lebih cepat. Meskipun hal ini sangat bergantung pada metabolisme tubuh.
Dalam jangka panjang, kafein juga bisa membuat detak jantung bayi meningkat dan metabolismenya meningkat karena zat ini bersifat stimulan.
Setelah mengetahui dampak yang ditimbulkan hendaklah ibu mulai meninggalkan konsumsi kafein selama hamil untuk menjaga kesehatan janin. Dalam proses pemberhentian konsumsi kafein ibu bisa mengganti kebiasaan konsumsi kafein dengan minuman pengganti yang sehat dan menyegarkan seperti :
a. Infused water
b. Sparkling water
C. Jus buah yang berkarbonasi
d. Lemon lime dengan soda tiruan
Kesimpulan
Kesimpulan dari artikel yang telah saya buat adalah ibu hamil boleh mengkonsumsi kafein tetapi harus dalam batas 200 ml saja atau setara dengan satu cangkir kopi.
Dampak yang ditimbulkan oleh konsumsi kafein pada ibu hamil cukup besar bukan hanya pada kesehatan pada saat hamil saja namun juga dapat berpengaruh pada kondisi janin. Oleh karena itu meskipun masih diperbolehkan hendaklah ibu hamil menghindari konsumsi kafein untuk menjaga kesehatan ibu dan janin yang di kandung.
Ada berbagai Alternatif pilihan minuman menyegarkan yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil yang tentunya aman untuk ibu dan janin.
Referensi
Evy Sulistyoningrum, F. W. (n.d.). Pengaruh Pemberian Kafein Selama Kehamilan Terhada Berat Lahir Dan Gambaran Histologis Uterus Dan Plasenta Tikus Putih.
R., M. M. (2018). Pengaruh Konsumsi Kafein Selama Kehamilan Terhadap Variasi Berat Badan Dan Panjang Pada Fetus Tikus Putih. Fakultas Kedokteran Universitas Bandar Lampung.
http://repo.poltekkestasikmalaya.ac.id/1358/4/BAB%20I%20KTI%20FINAL%20NANDA%20PUTRI.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/15374/05.1%20bab%201.pdf?sequence=5&isAllowed=y