Mohon tunggu...
Karina Dianita
Karina Dianita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Bahaya yang lebih besar bagi kebanyakan kita bukanlah gagal meraih tujuan yang lebih tinggi, melainkan berhasil mencapai tujuan yang terlalu rendah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Penjual 'Model' Bertas Mewah

7 Februari 2014   18:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1391770595847651427

Sudah 2 hari ini, para ibu – ibu di Perumahan Sukajati heboh membahas tentang kelakuan bu Menik. Bu Menik sendiri adalah penjualModel (makanan khas Palembang) yang lumayan enak di kampung kami. Namun kehidupan bu Menik tidaklah seenak model buatannya. Iya harus membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan model di depan rumah sekaligus mengurus keempat anaknya, mengingat suami bu Menik sendiri hanyalah seorang kuli bangunan. Awalnya hal ini dikarenakan bu Menik yang selalu tampil eksis setiap kali menghadiri acara nikahan maupun syukuran di rumah warga.

Di depan warung kelontong Bu Santi terdengarlah ibu – ibu yang sedang bergosip.

Bu Ita: (Sambil kipas – kipas )eh jeng, dateng kan kemarin di hajatannya pak RT? Liat gak gayanya si bu Menik. Tasnya gonta ganti ya tiap minggu, apalagi baju sama sepatunya. Ngalah – ngalahin kita yang istri pegawai negeri, lho. Padahal cuma jualan model, rumah aja ngontrak. Hahaha..

Bu Tatik: Iyo nian bu.. waktu ke mol saya liat tas yang kayak dipake bu Menik harganya 500 ribu, lho! emang penghasilan jualan model seberapa sih sehari. yang beli juga gak banyak – banyak amat. Kalau dihitung – hitung masih banyakan bu Santi kali, ya gak bu?

Bu Santi: Eh..bisa jadi bu. Tapi saya aja gak mau kok pake banyak gaya kayakgitu, saya kan tahu diri bu. Masak mau ngalahin ibu – ibu semua.

Bu Ita: Ya iya donk,kita kan beda. Udah ah, percuma ngomongin orang kayak gitu. Ngabis – ngabisin waktu aja. Jadi berapa nih bu Santi belanjaan kami?

Bu Santi: Oiya bu.err.. Jadi totalnya..err.. ibu Ita 67 ribu, kalau ibu Tatik 50 ribu.

Bu Ita dan Bu Tatik: (Sambil senyum - senyum) biasa ya bu, awal bulan..

***

Di lain tempat. Di rumah bu Mira...

Bu Menik: Bu mira maaf ya saya bayar kreditannya telat - telat. Ibu kan tahu sendiri kerjaan saya cuma jualan model. Ini saya bayar sisa yang bulan lalu, bu. Kalau yang sepatu bulan ini belum ada bu. Tapi saya janji kok bulan depan saya lunasi..gimana bu Mira?

Bu mira: Iyo bu, dak apo – apo. Ngerti kok saya sama keadaan ibu. Tapi maaf ni bu Menik, saya cuma mau tanya kok akhir – akhir ini bu Menik berubah sekali ya? Kok sekarang jadi gimana..gitu..

Bu menik: (Sejenak diam, lalu sambil terisak) hiks..saya ngerti maksud Ibu. Saja juga denger omongan tetangga tentang saya. Saya ini cuma penjual model, istri kuli, makan saja susah. Saya denger kok bu. Tapi saya juga ingin dihargai bu, walau miskin saya juga punya harga diri. Bukan yang hanya dilihat sambil lalu. Bukan yang terakhir diperhitungkan orang di masyarakat. Tidak dikucilkan terus kayak gini. Memang kami gak bisa beli rumah, apalagi mobil kayak ibu. Tapi apa salah kalau minimal saya ingin bisa tampil cantik, rapi, dak kudel kayak biasanya. Apa salah kalau kami ingin bisa juga makan - makanan enak . Supaya dak dianggap hina terus, dipandang remeh terus. Apa salah bu...???hiks..hiks..

(Ibu mira pun hanya terdiam seribu bahasa...)

sumber foto:witagivika.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun