Mohon tunggu...
CINTIA KARINA
CINTIA KARINA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNAIR

MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peran Generasi Muda dalam Mewujudkan Pemilu Berkualitas di Era Digital

23 November 2024   14:55 Diperbarui: 23 November 2024   15:22 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Data KPU menunjukkan bahwa generasi milenial dan Gen Z mencakup lebih dari separuh total pemilih. Dengan dominasi digital dalam kehidupan mereka, akses terhadap informasi politik menjadi sangat mudah. Generasi ini tidak hanya menjadi sasaran kampanye, tetapi juga mampu menjadi produsen informasi melalui media sosial. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan nilai-nilai demokrasi yang lebih baik.

Namun, survei menunjukkan bahwa banyak pemilih muda masih merasa skeptis terhadap dampak suara mereka dalam menentukan arah bangsa. Apatisme ini sering dipicu oleh rendahnya kepercayaan terhadap sistem politik dan aktor-aktornya. Di sisi lain, politik uang masih menjadi ancaman nyata. Tanpa kesadaran yang kuat, generasi muda dapat dengan mudah tergiring dalam praktik pragmatisme ini.

1. Peluang Partisipasi Pemilih Muda

Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU), pemilih dari kelompok milenial dan Gen Z mencakup lebih dari 50% dari total pemilih. Dengan akses luas terhadap teknologi, informasi politik lebih mudah diakses. Generasi muda tak hanya menjadi target kampanye, tetapi juga menjadi kreator informasi di platform digital.

Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong nilai-nilai demokrasi melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Dengan kreativitasnya, generasi ini mampu menjadikan demokrasi lebih relevan bagi masyarakat luas.

Namun, berbagai tantangan menghadang, seperti apatisme yang dipicu oleh ketidakpercayaan terhadap sistem politik. Survei menunjukkan bahwa banyak anak muda merasa suara mereka tidak berpengaruh. Politik uang dan disinformasi juga menjadi ancaman besar yang dapat mengaburkan nilai-nilai demokrasi.

2. Mengatasi Tantangan Demokrasi

Menghadapi situasi ini, peran pendidikan politik sangat krusial. Program edukasi berbasis digital dapat menjadi pendekatan inovatif untuk meningkatkan kesadaran politik di kalangan muda. Kampanye kreatif melalui platform populer seperti Instagram, TikTok, dan YouTube mampu menjangkau mereka dengan bahasa yang lebih dekat.

Selain itu, perlu ada gerakan kolektif yang menyatukan para influencer dan komunitas digital untuk menggaungkan pentingnya pemilu bersih. Media sosial, jika digunakan secara strategis, dapat menjadi alat untuk melawan politik uang dan penyebaran informasi palsu yang sering muncul di masa pemilu.

3. Menuju Pemilu Berkualitas

Generasi muda tidak hanya harus berpartisipasi, tetapi juga menjadi pengawas aktif proses demokrasi. Mereka dapat memanfaatkan teknologi seperti aplikasi pemantauan pemilu yang memungkinkan pelaporan langsung jika terjadi kecurangan. Selain itu, partisipasi mereka dalam dialog publik dapat mendorong transparansi dan akuntabilitas di level kebijakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun